Jakarta (ANTARA News) - Direktur urusan Afrika Kementerian Luar Negeri RI Lasro Simbolon mengatakan bahwa Indonesia harus mulai serius dalam melakukan penetrasi ekonomi di negara-negara Afrika mengingat perekonomian di wilayah tersebut semakin berkembang pesat.

"Pertumbuhan ekonomi di negara-negara Afrika cenderung booming (meningkat tajam) dalam 10 tahun terakhir. Maka inilah waktunya Indonesia menunjukkan keseriusan untuk hadir dan melakukan penetrasi ekonomi di Afrika," kata Lasro dalam temu media di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, negara-negara di Afrika dapat menjadi "penopang kesejahteraan dunia" di masa depan, dan hampir setiap hari di Afrika ditemukan ladang minyak dan tambang berlian baru.

"Oleh karena itu, bila Indonesia tidak segera menggalang penetrasi ekonomi ke sana (Afrika), kita akan ketinggalan," ujarnya.

Ia mengakui memang masih ada beberapa negara Afrika yang masih sarat dengan konflik. Namun, ia berpendapat, negara-negara berkonflik itu bukanlah gambaran menyeluruh yang sesungguhnya mengenai wajah Afrika.

"Di luar negara-negara yang berkonflik, Afrika merupakan wilayah dengan kondisi ekonomi yang menjanjikan, dimana kelas menengah bertumbuh terus, dan pasarnya luas. Afrika juga menyimpan banyak kekayaan alam," kata Lasro.

Dengan demikian, ia menyarankan agar Indonesia tidak perlu terus menyoroti masalah konflik di beberapa negara Afrika, dan lebih melihat peluang ekonomi yang dimiliki Afrika.

"Kita tidak boleh ketinggalan untuk mengambil bagian dalam peluang itu. Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara, seperti China dan India, yang sudah mulai melakukan eksplorasi ekonomi di Afrika," ungkapnya.

Ia menilai, dari sisi kebijakan sebenarnya penetrasi ekonomi Indonesia ke Afrika sudah cukup baik, namun dari segi eksekusi masih kurang baik.

Oleh karena itu, kata dia, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memelihara hubungan politik dan menanamkan pengaruh ekonomi Indonesia di negara-negara Afrika adalah dengan dukungan pembiayaan.

"Sebab meskipun sistemnya sudah ada, eksekusi pembiayaannya masih belum berjalan," kata Lasro.(*)

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2014