Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Rusia mengharapkan pemerintah Ukraina dapat menyelesaikan krisis yang terjadi di negaranya sendiri tanpa campur tangan dari pihak asing, ujar Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin di Jakarta, Jumat.

"Pemerintah Rusia mengharapkan agar pemerintah Ukriana dapat menyelesaikan masalah dalam negerinya sendiri tanpa adanya intervensi dari pihak asing," ujar Galuzin kepada Antara.

Menyikapi hal ini, Dubes Galuzin juga menegaskan bahwa sikap pemerintah Rusia adalah jelas untuk tidak turut campur masalah dalam negeri Ukraina, untuk penyelesaian konflik secara damai.

Krisis di Ukrania ditandai dengan pecahnya konflik berdarah di ibukota Ukraina, Kiev hari Kamis (20/2) lalu.

Pecahnya konflik berdarah yang berlangsung selama kurang lebih tiga hari tersebut dilaporkan telah merenggut nyawa lebih dari 70 pengunjuk rasa pendukung oposisi dan 16 petugas keamanan Ukraina di pusat kota Kiev.

Menurut Galuzin, dukungan pihak barat seperti Uni Eropa dan Amerika serikat kepada para pengunjuk rasa tidaklah mendukung upaya ke arah rekonsiliasi di Ukraina.

Pihak opisisi bertanggung jawab atas kerusuhan yang terjadi karena telah melanggar perjanjian untuk melakukan protes secara damai.

"Justru para pengunjuk rasa oposisi ini yang melakukan penyerangan ke petugas keamanan Ukraina dengan menggunakan senjata api dan bom molotov, serta penyanderaan gedung-gedung milik pemerintah," tambah Galuzin.

Sebaiknya, Galuzin menambahkan, dukungan dari pihak asing dapat ditujukan kepada para pengunjuk rasa untuk tidak menyerang petugas keamanan Ukrania dalam penyelesaian masalah yang terjadi di negara tersebut.

Galuzin juga menambahkan bahwa saat konflik tersebut pecah, pihak pemerintah Ukraina terpaksa mengambil tindakan represif guna mengatasi para pengunjuk rasa yang menggunakan kekerasan.

Krisis di Ukraina mulanya dipicu oleh keputusan mengejutkan Yanukovych pada bulan November untuk meninggalkan kesepakatan bersejarah dengan asosiasi perdagangan dan politik Uni Eropa untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Kremlin.

Tapi hal itu telah berkembang menjadi gerakan menentang pemerintah yang jauh lebih luas yang telah melanda dua bagian negara itu, yaitu pro-Barat di bagian barat dan bagian timur yang lebih cenderung ke Rusia. Hal itu juga membuka perbedaan sejarah yang mendalam antara keduanya.

Yanukovych pada Rabu telah menunjukkan komitmennya mengakhiri krisis dengan kekuatan setelah pasukan keamanan negara mengumumkan rencana untuk meluncurkan operasi "anti-teror".
(A050)

Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT © ANTARA 2014