Beijing (ANTARA News) - China telah mengirimkan tim penyidik ke kawasan paling parah dilanda polusi udara sebagai upaya menghentikan kabut tebal yang melanda sekitar 15 persen dari wilayah negara itu, termasuk Beijing.

Dua belas tim pengawas akan menuju ke sejumlah kota, antara lain Beijing, kota terdekatnya, Tianjin dan provinsi Hebei, untuk melihat bagaimana pihak berwenang terkait menangani polusi udara terburuk dalam beberapa bulan ini, kata Kementerian Perlindungan Lingkungan China, Minggu.

Para pengawas itu akan mengunjungi lokasi konstruksi dan pabrik yang memproduksi produk-produk baja, kaca, semen dan batu bara, kata kementerian itu. Mereka yang terbukti melanggar standar produksi akan diumumkan secara publik.

Pihak berwenang telah mengeluarkan aturan dan kebijakan tak terhitung untuk mencoba dan membersihkan lingkungan, investasi dalam proyek-proyek untuk memerangi polusi dan memberdayakan pengadilan untuk menjatuhkan hukuman tegas.

Tapi penegakan hukum tidak merata di tingkat lokal, mengingat pihak berwenang sering mengandalkan pajak yang dibayar oleh industri yang menjadi menyumbang polusi.

Di Beijing, yang telah diselimuti asap putih selama sepekan, pihak berwenang menetapkan sistem peringatan polusi udara ke level "oranye" untuk pertama kalinya pada hari Jumat setelah menuai kecaman publik atas respon yang tidak efektif.

Level "oranye", level tertinggi kedua dari sistem empat level, menganjurkan agar sekolah membatalkan kelas olahraga .

Langkah-langkah darurat lainnya termasuk memotong penggunaan pribadi mobil hingga sekitar seperlimanya di Shijiazhuang, kota di dekat Beijing, kata kantor berita negara Xinhua. Pihak berwenang juga melarang barbecue dan menghentikan pekerjaan konstruksi.

Bukan hal tidak lazim jika polusi udara di wilayah Cina mencapai ke level yang dianggap beberapa ahli berbahaya. Hal itu telah memicu banyak kemarahan publik dan merupakan sumber kekhawatiran bagi pemerintah China, yang mengkhawatirkan setiap ketidakpuasan yang mungkin membahayakan stabilitas .

"Asap di Beijing telah berlangsung selama berhari-hari . Saya merasa saya bagai belum melihat matahari dalam waktu yang lama, " kata salah satu pengguna Weibo, versi China dari akun jejaring sosial Twitter. "O lingkungan, Apakah orang-orang akan diizinkan hidup atau tidak ?"

Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2014