Jakarta (ANTARA News) - Dari sekira 220 juta penduduk Indonesia saat ini, ternyata baru 0,6 % yang bersedia mendonorkan darahnya secara sukarela, kata Wakil Ketua Palang Merah Indonesia (PMI), Prof. DR dr Sujudi. "Padahal, perkiraan kebutuhan darah untuk keperluan medis di Indonesia idealnya harus mencapai tiga juta kantong darah, sekarang rata-rata baru mencapai 1,2 juta hingga 1,3 juta kantong saja," ujar mantan Menteri Kesehatan (Menkes) itu di Jakarta, Kamis. Ia mengemukakan, kebutuhan darah di Indonesia semakin meningkat lantaran dipengaruhi beberapa hal, dan pada 1968 PMI hanya bisa mengolah 21.000 kantong darah, sedangkan pada 2005 dapat mengolah 1,3 juta kantong darah. "Walau demikian, semakin banyak pula pengobatan yang memerlukan ketersediaan darah, tidak hanya untuk mengatasi pendarahan, tetapi juga pengobatan penyakit dalam," tuturnya. Dari keseluruhan kantong darah yang berhasil diproses, menurut dia, 40 % digunakan untuk pengobatan penyakit dalam, seperti gagal fungsi ginjal dan kanker. Selain itu, 20 % digunakan untuk penanggulangan di bidang kebidanan, dan 20 % lainnya untuk keperluan pasien operasi bedah. "Memang sebagian besar untuk penyakit dalam, dan jumlahnya di tahun-tahun yang akan datang tentunya semakin meningkat. Idealnya memang seharusnya warga yang menjadi donor itu bisa mencapai empat persen, namun kita targetkan saja tiga persen," katanya. Saat ini di seluruh Indonesia, menurut dia, terdapat 188 Unit Transfusi Darah (UTD) yang terletak di setiap kota dan kabupaten, namun seiring dengan adanya pemekaran daerah setelah otonomi daerah diperkirakan jumlah UTD akan menjadi 400. "Ini juga akan mendorong peningkatan kebutuhan darah," kata Sujudi. Untuk mendorong meningkatan jumlah masyarakat yang bersedia mendonorkan darahnya, dijelaskannya, beberapa hal telah ditempuh PMI, termasuk sosialisasi kepada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU). "Namun, sekali lagi yang perlu diingat adalah syarat untuk menjadi donor darah usianya harus di atas 17 tahun," demikian Sujudi. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006