Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia akan terus berusaha agar Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bisa berfungsi strategis untuk mendukung pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sehingga mampu mendorong kemajuan ekonomi pedesaan. "BPR diharapkan punya peran strategis untuk mendukung UMKM. Masyarakat berharap banyak BPR bisa mengembangkan perekonomian pedesaan dengan membiayai sektor produktif seperti pertanian, peternakan atau membiayai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang sesuai dengan area atau ruang lingkup BPR," kata Direktur Pengawasan BPR BI, Irman Djaja Dalimi, di Jakarta, Selasa. BI lanjutnya akan menjadikan BPR sebagai ujung tombak pembiayaan UMKM di Indonesia, dengan jalan melakukan lokakarya-lokakarya (workshop) di sejumlah daerah dengan mendatangkan BPR-BPR yang telah berhasil membiayai sektor produktif. "Selama ini, BPR kurang paham membiayai sektor produktif dan hanya mengandalkan sektor jasa perdagangan dan konsumsi. Jadi kita akan dorong terus dengan memberi workshop membiayai sektor pertanian atau peternakan, seperti yang sudah berhasil dilakukan di beberapa BPR di Jawa Barat," katanya. Selain itu, keberhasilan sejumlah BPR untuk membiayai TKI juga akan disebarkan agar dapat ditiru oleh BPR lain. "Workshop pembiayaan TKI akan kita lakukan di Pulau Jawa, Sumatera dan NTT," katanya. Irman juga menambahkan kemampuan BPR dalam menghimpun dana masyarakat juga masih lemah, terlihat dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh Rp1,5 triliun per tahun, sehingga harus diperbaiki dengan melakukan cara-cara menarik untuk menghimpun DPK seperti dengan melakukan kerjasama beberapa BPR untuk memberikan hadiah kepada nasabah. Jumlah BPR hingga Juli 2006 mencapai 1.935 BPR, dengan penyebaran di Jawa - Bali 1.515 BPR dan 420 BPR di non Jawa - Balli. Dengan rincian yang berada di kodya 564 dan non kodya 1.371 BPR. Dari hasil survei yang dilakukan BI bersama Promotion of Small Financial Institutions (Profi) pada Nopember 2005 sampai Januari 2006, disebutkan sebanyak 75 persen BPR sampel memiliki aset di bawah Rp7,3 miliar dan hanya 5 BPR sampel yang memiliki aset di atas Rp10 miliar. Disebutkan juga, sebagian besar BPR masih tumbuh jumlah nasabahnya, tetapi 36 persen BPR menunjukkan penurunan jumlah rekening. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006