Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengatakan kelompok radikal, terutama yang mengatasnamakan agama, sebaiknya tidak dimusuhi, apalagi dibasmi, melainkan harus ada upaya keras untuk mengubah pemahaman dan perilaku mereka. "Kalau kita sayang kepada sesama manusia. Kita harus berupaya mengubah kelakuan mereka, bukan membasminya. Ini memang tugas yang sangat berat," kata Gus Dur saat berpidato sebelum membuka Kongres I Asosiasi Pendeta Indonesia (API) di Jakarta, Selasa. Menurut Gus Dur, upaya mengubah perilaku kelompok "garis keras" memang bukan pekerjaan mudah, apalagi jika kelompok tersebut jelas-jelas menunjukkan permusuhan. "Orang-orang yang kita kasihi justru ingin menghancurkan kita. Tapi, kalau kita benar-benar sayang pada manusia lain, kita tidak boleh memusuhinya," kata Gus Dur. Gus Dur lantas bertutur mengenai percakapannya dengan George Soros ketika ketua Open Society Institute (OSI) itu berada di Indonesia. Soros, kata Gus Dur, mengatakan bahwa tindakan menumpas teroris sesungguhnya juga perbuatan teror karena seringkali juga menimbulkan korban orang-orang yang tidak bersalah. "Karena teroris menyelinap ke orang-orang yang tidak salah berarti dalam upaya penumpasan mereka itu kita juga membunuh orang-orang yang tak bersalah. Lalu apa bedanya kita dengan mereka (teroris)," kata Gus Dur mengutip Soros. Karena itu Gus Dur menekankan pentingnya terus dibangun dialog antarumat. Gus Dur sendiri menilai secara umum toleransi antarumat beragama di Indonesia masih cukup bagus. "Hanya saja memang masih ada kelompok umat yang suka menganggap diri paling benar sendiri," katanya. Sementara itu Ketua Umum API Pdt Tjahjadi Nugroho mengatakan, kekerasan atau penindasan yang dilakukan atas nama agama sebenarnya bukan didasari ajaran agama itu sendiri, melainkan lebih didorong oleh faktor lain seperti nafsu, politik dan ekonomi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006