Bandung (ANTARA News) - Setelah sebelumnya memperkenalkan Biomisel sebagai pengganti solar, Aryanto (54) Direktur CV Akashu Inter Misel di Hotel Permata Bandung, Selasa memperkenalkan Biokerosin, bahan bakar pengganti minyak tanah, yang juga berasal dari minyak goreng ditambah limbah pabrik tebu. "Biokerosin ini baru tahap awal pengembangan, namun mampu menunjukkan kualitas di atas minyak tanah karena untuk satu liter Biokerosin bisa terus menyala selama empat jam dengan warna api yang biru", katanya saat mendemontrasikan di atas kompor hemat energi ciptaannya. Sebagai perbandingan, satu liter minyak tanah jika digunakan secara terus menerus akan habis dalam waktu satu jam, sedangkan untuk satu liter Biokerosin bisa terus menyala selama empat jam, sehingga Biokerosin produksinya sangat hemat energi. Pria asal Lemah Abang Cirebon itu mengungkapkan, biaya pokok produksi Biokerosin Akashu masih tinggi yaitu antara Rp3.500 sampai Rp4.000 per liter tetapi jika dikembangkan dengan kualitas sedikit di atas minyak tanah artinya kemampuan apinya diturunkan sampai dua jam per liter maka harganya bisa sangat ekonomis yaitu Rp2.000 per liter. Dalam demontrasi, terlihat proses penyalaan api cukup mudah karena bisa pakai pemantik api biasa atau pemantik otomatis dan bara api langsung berwarna biru. Yang lebih aneh, metode untuk menaikkan biokerosin dari tanki minyak dibawah tidak menggunakan sumbu kompor tetapi menggunakan pasir dengan prinsip daya kapiler pasir akan bisa mengangkat minyak. "Ini merupakan modifikasi dari penemu kompor berbahan pasir asal Jawa Tengah", katanya yang hadir dalam rangkaian Rapat Koordinasi Diversivikasi Energi Pengganti BBM. Penelitian Biokerosin yang hanya kurang dari satu bulan itu juga atas desakan penemu kompor pasir itu, kuatir jika minyak tanah sampai dihapus pemerintah karena berarti kompor pasir berbahan bakar minyak tanah itu tidak mungkin laku terjual. Karo Binas Produksi Setda Jawa Barat Luki Djunaedi mengaku bangga dengan temuan itu dan berjanji akan memfasilitasi pengembangan Biomisel dan Biokerosin Akashu sehingga bisa menjadi bahan bakar alternatif Unggulan di Jawa Barat. "Pertemuan ini juga sebagai sarana melihat sejauh mana teknologi bahan bakar nabati yang sudah berkembang", katanya. Menurut Dr Tirto Prakoso, pakar babah bakar nabati dari ITB, Biokerosin produksi Akashu itu sudah bisa masuk katagori Biokerosin yang sebenarnya karena merupakan bahan bakar cair hayati yang berkarakteristik pembakaran dan viskositas hampir sama dengan minyak tanah. "Memang Biokerosin Akashu viskositasnya masih lebih tinggi dari minyak tanah tetapi karakteristik bakarnya sama, bahkan apinya lebih biru", katanya. Ia juga menjelaskan, beberapa tumbuhan menghasilkan minyak seperti minyak tanah atau jenis hidrokarbon seskuiterpenik yaitu minyak kemukus, minyak biji Pittosporum, minyak keruing (gurjun balsam oil, red) dan minyak sindur dari getah batang sindur (Sindora sp). Usai paparan Biomisel dan Biokerosin Akashu, sebagian peserta meminta agar pola kerjasama pengembangan biodiesel itu disebarkan ke seluruh daerah agar masyarakat bisa segera merasakan manfaatnya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006