Palu (ANTARA News) - Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus, terpidana mati kasus kerusuhan Poso, menyatakan kesiapannya menghadapi eksekusi di hadapan regu tembak yang dijadwalkan Jumat dini hari (22/9). "Sekalipun ketiganya menolak dieksekusi, tapi secara mental mereka siap dan tidak takut menghadapi eksekusi," kata Pastor Jemy Tumbelaka, rohaniawan yang selama ini mendampingi Tibo dkk seusai menjenguk ketiga terpidana di LP Petobo Jln Dewi Sartika Palu, Sulteng, Rabu. Pastor Tumbelaka yang juga Paroki Santa Theresia Poso dalam pertemuan dengan ketiga terpidana, memberikan kesempatan kepada Tibo, Dominggus dan Marinus, untuk menyampaikan uneg-unegnya guna mempersiapkan mental mereka. Tibo misalnya menyatakan: "cukup bagi dirinya dan dua rekannya, Dominggus dan Marinus, menjadi orang-orang yang dikorbankan dan tertindas dalam kasus kerusuhan Poso". Tibo juga menghimbau kepada Sri Paus dan uskup di seluruh dunia untuk selalu memperjuangan dan melawan segala bentuk penindasan yang ada di muka bumi. Tibo yang selama enam tahun dalam penahanan di LP Petobo aktif beribadah, mengaku terbebani dengan kondisi keluarga yang akan ditinggalkan, sebab selama dalam penjara tidak dapat memberikan nafkah hidup kepada istri dan ketiga putranya. "Saya berterima kasih kepada keluarga saya yang selama ini tabah menghadapi cobaan hidup. Saya juga berterima kasih kepada seluruh orang yang telah berjuang agar terbebas dari eksekusi (sekalipun tidak berhasil)," kata Tibo sebagaimana dituturkan Pastor Tumbelaka. Sementara Marinus, menurut pastor ini, mengaku tidak takut menghadapi eksekusi regu tembak, sebab eksekusi melapangkan jalan bagi dirinya untuk bertemu Tuhan. "Saya yakin, di surga kelak akan bertemu dengan istri dan anak-anak saya," ujar Marinus. Marinus juga merasa terbebani dengan keluarganya yang akan ditinggalkan sebab keempat anaknya masih membutuhkan kasih sayang dan penghidupan. Menurut Marinus, eksekusi yang dialaminya bersama Tibo dan Dominggus merupakan upaya dan skenario untuk menutupi pengungkapan 16 nama sebagai aktor intelektual dan aktor lapangan kasus kerusuhan Poso.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006