Medan (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Sutiyoso menganggap partainya adalah alternatif bagi masyarakat yang ingin melihat perbaikan dan kemajuan bangsa Indonesia.

Dalam kampanye akbar Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) di Lapangan Merdeka Medan, Selasa, Sutiyoso mengatakan, "Meski era reformasi telah berlangsung hingga 16 tahun dan pelaksanaan pemilu sebanyak tiga kali, bangsa Indonesia belum makin baik."

Hal itu, menurut dia, disebabkan konsep perpolitikan yang diusung selama ini dinilai tidak seperti yang ditawarkan PKPI yang kebijakannya berbasis pada aspirasi rakyat.

"PKPI tidak akan seperti itu. PKPI menawarkan konsep politik itu mulia," katanya.

Menurut dia, PKPI memiliki program dan konsep yang sangat jelas agar kadernya yang terpilih nantinya tidak terlibat dalam praktik korupsi dan tidak menimbulkan rakyat.

Jika dipercaya menjadi pejabat, baik eksekutif maupun legislatif, kader PKPI harus mampu kembali ke tengah rakyat untuk menampung aspirasi guna diperjuangkan.

PKPI juga menawarkan konsep kewibawaan hukum yang tidak hanya mampu bersikap tegas kepada rakyat kecil, tetapi untuk kalangan penguasa, termasuk memberikan hukuman berat bagi koruptor.

"Kalau PKPI menang, kami kejar koruptor itu sampai Singapura," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Sutiyoso menegaskan bahwa PKPI berkomitmen untuk memperjuangkan pendidikan dan layanan kesehatan gratis bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan kekayaan dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia diyakini mampu merealisasikan program pendidikan dan layanan kesehatan gratis tersebut.

PKPI juga memiliki konsep memperkuat kedaulatan bangsa dengan menjadikan institusi TNI dan Polri yang kuat sehingga disegani dan dihormati dunia internasional.

"TNI dan Polri harus paling canggih supaya kita tidak dihina bangsa lain," ujar Sutiyoso. Dengan berbagai konsep yang ditawarkan itu, menurut dia, sangat wajar jika PKPI adalah partai alternatif bagi rakyat Indonesia.

Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2014