Jakarta (ANTARA News) - Tim Nasional Penanggulangan Lumpur Sidoarjo mengungkapkan sejak terjadinya luapan pada 29 Mei 2006 hingga 12 September 2006, volume lumpur telah mencapai 6,15 juta m3. Ketua Pelaksana Tim, Basuki Hadimoeljono, dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Kamis malam, menjelaskan saat ini, kecenderungan volume keluarnya lumpur semakin besar. "Lumpur sudah sulit dikontrol dan berlangsung terus," katanya. Hadir dalam raker antara lain Ketua Tim Pengarah, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, dengan anggotanya Menneg KLH Rahmat Witoelar dan Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi, sejumlah anggota Tim Pelaksana di antaranya Dirjen Migas Departemen ESDM Luluk Sumiarso, Wakil Kepala BP Migas Trijana Kartoatmodjo, Wakil Bupati Sidoarjo, dan GM Lapindo Brantas Imam Agustino. Timas Lumpur dibentuk sesuai Keppres 13 Tahun 2006 dengan tugas mempercepat dan secara terpadu menanggulangi luapan lumpur selama enam bulan. Menurut Basuki yang juga Kepala Balitbang Departemen Pekerjaan Umum (PU), antara 29 Mei hingga 7 September 2006 volume luapan lumpur mencapai 5,7 juta m3 atau 55.000 m3 per hari. "Sementara antara 7-12 September 2006 volume luapan lumpur mencapai 450.000 m3 atau per hari 75.000 m3," katanya. Sebelumnya, Trijana Kartoatmodjo mengatakan, volume luapan lumpur mencapai 128 ribu m3 per hari. Basuki juga mengatakan, tingkat keberhasilan penutupan lumpur dengan metoda "relief well" hanya 10 persen. "Kita perkirakan 90 persennya tidak berhasil, karena harus menutup luapan yang berada tiga km di bawah permukaan tanah," katanya. Menurut Basuki, solusi penanggulangan lumpur tidak lagi dengan menambah kolam penampungan. Hingga saat ini, luapan lumpur telah menyebabkan 2.700 kepala keluarga mengungsi, menggenangi delapan desa, 250 ha sawah, 23 pabrik, jalan tol, rel KA, jaringan listrik, telepon, irigasi, dan drainase. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006