Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan untuk masa mendatang diperlukan sistem pemilu yang lebih jelas apakah akan menggunakan sistem distrik, proporsional secara terbuka atau tertutup namun untuk itu diperlukan proses. "Kita perlukan sistem yang jelas apakah mau distrik atau proporsional, tapi untuk itu mungkin perlu proses," kata Wapres M Jusuf Kalla saat membuka seminar nasional Sistem Pemilu di Jakarta, Jumat. Menurut dia, saat ini sistem pemilu yang ada masih menggunakan campuran. Meskipun demikian, Wapres menilai dua pemilu terakhir, 1999 dana 2004 pelaksanaannya telah lebih baik dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya. "Pada pemilu sebelumnya, hasil pemilu sudah dapat ditebak. Sementara pada pemilu 1999 dan 2004 dapat dibanggakan karena telah membuktikan adanya keterbukaan dan pelaksanaan demokrasi yang lebih baik," ungkapnya. Namun, untuk perbaikan pada masa mendatang harus selalu dilakukan evaluasi. Setiap reformasi, harus mempunyai makna yang lebih baik, lebih efisien baik dari segi biaya maupun pelaksanaannya. Karena itulah, Wapres mengusulkan agar dalam pemilu mendatang masyarakat Indonesia tidak lagi harus mendatangi tempat pemilihan hingga enam kali namun cukup tiga kali saja dalam lima tahun. "Tak perlu sampai enam kali mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS), tapi cukup tiga kali saja. Bagaimana mengaturnya itu terserah," kata Wapres. Dalam pandangan wapres dengan adanya penggabungan pemilu baik untuk legislatif DPRD II, DPRD I hingga DPR dana untuk capres, gubernur dan bupati/walikota maka akan terjadi penghematan biaya, waktu dan tenaga sehingga pemilu akan berjalan secara efektif. "Yang penting warga negara tak perlu enam kali ikut pemilu. Ini penting agar tidak terjadi tingkat kebosanan di masyarakat. Kalau masyarakat bosan nanti tidak tertarik lagi (ikut pemilu)," kata Wapres. Selain alasan tersebut, Wapres juga menilai dengan pemilu yang digabungkan maka kedamaian justru akan tercapai. Menurut dia, logikanya jika terjadi pemilu yang digabungkan dari pemilu bupati/walikota, kemudian gubernur dan presiden/wakil presiden maka akan banyak terdapat pasangan calon yang berasal dari partai yang berbeda. Dengan demikian, tambah Wapres tidak ada lagi fanatisme partai, namun yang muncul justru kebersamaan dan memilih yang terbaik. "Kalau pemilu bersamaan akan damai, pasti aman. karena pasangan calon yang berbeda-beda partai akan timbulkan persahabatan. Tidak ada lagi garis diantara kita. Seperti pelaksanaan pilkada selama ini sehingga akan pilih yang terbaik dan akan timbulkan kebersamaan," kata Wapres. Mengenai wacana akan adanya penyederhanaan partai, Wapres mengatakan bahwa partai secara alamiah akan semakin mengecil dengan sendirinya tidak perlu dilakukan dengan aturan atau paksaan. "Pemilu selalu dimulai dengan banyak partai, namun lama-kelamaan mengecil, otomatis secara alamiah sehingga tak perlu keras untuk itu. Dulu partai 48 lama-lama menjadi 12, yaa nanti mudah-mudahan 12 saja," kata Wapres yang disambut tawa.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006