Bertarung di kelas 67 kilogram putra, Fuad berada satu kelas dengan lifter legendaris Indonesia Eko Yuli Irawan. Meski demikian, Fuad tidak takut dan sempat “menantang” Eko pada angkatan clean and jerk, pada pertandingan di GOR Seramoe, Banda Aceh, Kamis.
Fuad memasang beban 172 kilogram pada angkatan clean and jerk terakhirnya sebagai upayanya menandingi catatan beban Eko. Sayangnya, ia gagal mengangkat beban tersebut dan harus puas meraih medali perak dengan total angkatan 287 kilogram.
“Ini yang pertama kali (memenangi medali PON). Kebetulan saya juga punya niat baik, setelah ini insya Allah saya mau menikah. Untuk Mega Lestari, Bapak Agus Permadi, saya sudah buktikan. Tunggu kepulangan saya,” kata Fuad pada konferensi pers usai pertandingan.
“Jadi pertama saya sebelum ini kan ada seleksi pra-PON dulu ya, 2023 di Bandung, saya ke situ sudah dialog (ingin melamar ke) pacar saya, umur saya kan gak beda jauh sama dia. Saya jujur semangat faktor eksternal saya ini ya, kalau internal kan pasti orang tua, keluarga, ini faktor eksternal saya, karena dia. Saya bisa lolos Pra PON semangat ya karena dia,” tutur Fuad.
Baca juga: Angkat besi-Eko Yuli masih digdaya pada kelas 67 kilogram putra
Fuad yang terjun ke dunia angkat besi sejak kelas 6 SD itu mengaku sangat bangga sebab akhirnya mampu meraih prestasi di level PON. Ia berkaca ke pengalamannya tampil di PON Papua 2021, yakni pulang dengan tangan hampa akibat mengalami cedera saat melakukan persiapan.
“PON Papua saya peringkat kelima. Kebetulan di situ saya berlatih di Bekasi, saya mengalami cedera dislokasi siku. Tiga bulan langsung ke Papua, di situ saya gak mengharapkan medali, mengharapkannya selamat, yang penting menggugurkan kewajiban untuk Jabar, sudah,” ujarnya.
Di balik kegembiraan Fuad, terselip satu harapan terkait masa depannya. Atlet 25 tahun itu sangat berharap bisa mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya.
“Saya cuma satu saja sih, belum kerja, ingin kerja. Sediakan lah buat atlet-atlet daerah, minimal yang sudah juara di Porprov atau PON sudah dapat medali, soalnya ini gak gampang lho masuk PON ini. (Ajang) olahraga terbesar di Indonesia, empat tahun sekali, saya butuh benar-benar perjuangan lho dapat ini. Latihan pagi-sore-malam, sampai naik-turunkan berat badan, sakit pinggang, lutut,” paparnya.
Saat ditanyai apakah dirinya akan ikhlas melepas pekerjaan sebagai atlet yang sudah ditekuni sejak kecil jika mendapat pekerjaan, Fuad berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang mendukung aktivitasnya sebagai atlet.
“Kalau saya sih inginnya kalau memang ada instansi dari KONI atau apa yang bisa kerja sambil latihan, saya akan tekuni dua-duanya. Kan banyak ya, misal dari atlet masuk Polisi, kerjanya apa? Ya latihan. Soalnya kan dia punya prestasi gitu. Ya saya sih pengennya gitu, soalnya saya juga target ingin ke SEA Games 2025,” pungkasnya.
Baca juga: Angkat besi-Rahmat tanpa kesulitan raih medali emas 73 kilogram putra
Baca juga: Angkat besi - Juliana Klarisa sumbang medali emas pertama untuk Jambi
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2024