Washington (ANTARA News) - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, Minggu, Israel tidak akan berunding dengan pemerintah persatuan Palestina kecuali jika Hamas mengumumkan pengakuannya atas Israel.

Netanyahu mengatakan, tindakan yang disukai agar negosiasi perdamaian kembali ke jalurnya adalah Presiden Palestina Mahmud Abbas meninggalkan Hamas, yang piagamnya menetapkan penghancuran Israel, lapor AFP.

"Hamas membatalkan penghancuran Israel dan mengupayakan perdamaian serta meninggalkan teror, atau Presiden Abbas meninggalkan Hamas," kata Netanyahu dalam pernyataan di acara CNN State of the Union.

"Jika salah satu dari hal-hal itu terjadi, maka kami bisa kembali ke negosiasi perdamaian. Saya berharap ia (Abbas) meninggalkan Hamas dan kembali ke meja perundingan, seperti yang baru saja saya katakan. Bola ada di tangannya," katanya.

Netanyahu menangguhkan perundingan perdamaian yang gontai dengan Palestina pekan lalu setelah Abbas dan Hamas setuju membentuk pemerintah persatuan.

Pernyataan Netanyahu itu disampaikan setelah Abbas, dalam pernyataan Sabtu kepada para pemimpin PLO, mengatakan, pemerintah persatuannya dengan Hamas akan menolak kekerasan dan mematuhi perjanjian-perjanjian yang ada.

Abbas juga mengatakan, Minggu, Holocaust merupakan tindakan paling keji terhadap kemanusiaan di era modern -- pernyataan yang paling keras sejauh ini terhadap pembantaian Nazi itu.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Kini kedua kubu tersebut telah melakukan rekonsiliasi.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.

Israel dan kelompok pejuang Hamas yang menguasai Jalur Gaza terlibat dalam perang delapan hari pada November 2012 yang menewaskan 177 orang Palestina, termasuk lebih dari 100 warga sipil, serta enam orang Israel -- empat warga sipil dan dua prajurit.

Kekerasan itu meletus pada 14 November 2012, dengan pembunuhan komandan militer Hamas Ahmed Jaabari oleh Israel.

Selama operasi delapan hari itu, militer Israel menyatakan telah menghantam lebih dari 1.500 sasaran, sementara pejuang Gaza menembakkan 1.354 roket ke Israel, 421 diantaranya disergap oleh sistem anti-rudal Iron Dome.

Perjanjian gencatan senjata Hamas-Israel dicapai pada 21 November 2012, sehari setelah diplomasi bolak-balik yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri AS Hillary dan Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon -- yang tercoreng oleh kekerasan lintas batas yang semakin mematikan antara Israel dan para pejuang di Gaza.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2014