"Menjelang garis finis, saya mengupayakan seluruh sisa tenaga untuk mengalahkan Masrino," kata pedayung Papua Barat Pinon Robaha di Aceh Barat, Senin.
Pada lintasan terakhir atau sekitar 100 meter menjelang garis finis, Pinon berusaha mencuri gelombang laut dari pesaing terdekatnya hingga akhirnya berhasil menjadi yang tercepat.
Selain itu, menjaga keseimbangan badan dan fokus juga menjadi faktor penting di balik kemenangan atlet dayung asal Bumi Cenderawasih tersebut. Di satu sisi, ia mengakui pertandingan itu berjalan sangat ketat terutama di menit-menit akhir.
Kemenangan Pinon juga tidak lepas dari keberuntungan setelah Masrino yang tepat berada di depannya hilang keseimbangan dan terjatuh. Kesempatan itu mampu dimaksimalkan Pinon dengan mendahului lawannya. Baca juga: Papua Barat kawinkan emas dayung stand up paddle PON
Sementara itu, pelatih dayung Papua Barat, Yan Agus Rumbewas mengatakan sebagai pendatang baru (nomor stand up paddle), hasil dua medali emas yang diraih anak asuhnya merupakan prestasi yang membanggakan.
"Meskipun pendatang baru kami sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari," kata Agus Rumbewas.
Sebelum mencapai partai final tepatnya di babak kualifikasi atlet putra maupun putri nomor stand up paddle Papua Barat hanya mampu bertengger di posisi ketiga. Kendati demikian, pihaknya justru menjadikan hal itu sebagai motivasi untuk berlaga di PON Aceh-Sumatera Utara.
Pada final stand up paddle 1.000 meter technical putra Pinon Robaha tampil apik dengan menyingkirkan lawan-lawannya sehingga berhasil meraih medali emas pertamanya.
Pinon finis pertama dengan catatan waktu 6 menit 15 detik. Kemudian di urutan kedua atau peraih medali perak diamankan oleh atlet DKI Jakarta yakni Masrino yang terpaut 14,772 detik dari Pinon. Selanjutnya di peringkat ketiga Septenandow Horomati pedayung asal Jawa Timur mencatatkan waktu 6 menit 44,428 detik.
Baca juga: Cuaca buruk, panitia tunda final dayung PON nomor SUP
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024