medali ini untuk orang tua dan juga tim pelatihJakarta (ANTARA) - Keikutsertaan Krischayani Kurniawan di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara berbuah manis, usai berhasil menyabet medali emas di nomor perorangan putri senam aerobik.
Torehan yang diraihnya merupakan sebuah pencapaian luar biasa, mengingat ini adalah kali pertama dirinya bertanding di pesta olahraga nasional empat tahunan itu.
Prestasi ini menempatkannya di puncak podium, sekaligus membawa kebanggaan besar bagi kontingen DKI Jakarta.
Meski baru berusia 21 tahun, Icha, sapaan akrabnya, menunjukkan kemampuan yang mengesankan dengan total nilai akhir 18.650.
Nilai ini mengantarkannya unggul dari pesaing-pesaing kuat lainnya, termasuk Della Rosse Ananda Purbowo dari Jawa Timur yang meraih perak dengan skor 18.450, serta Elmalia Virdania Putri dari Yogyakarta yang harus puas dengan perunggu setelah mencatatkan skor 17.800.
Wujudkan mimpi emas
Bagi Icha, kemenangan ini bukanlah sesuatu yang datang dengan mudah. Sebelum berlaga di PON, dia hanya berhasil membawa pulang medali perunggu di ajang pra-PON.
Namun, hasil tersebut tak lantas mematahkan semangatnya. Sebaliknya, dia menjadikan capaian tersebut sebagai motivasi untuk bekerja lebih keras dalam mempersiapkan diri menghadapi PON.
Latihan intensif menjadi kunci utama keberhasilan Icha di ajang PON kali ini. Dia mengungkapkan bahwa sejak tiga bulan terakhir dirinya menjalani program latihan yang sangat ketat di bawah arahan pelatih.
Setiap harinya, Icha harus menjalani dua sesi latihan pagi dan sore tanpa hari libur. Semua ini dilakukan demi mencapai performa optimal di kejuaraan besar pertama sekaligus menggapai medali emas yang diimpikannya.
Icha mengatakan, tantangan terbesar bagi dirinya bukan hanya soal fisik, tetapi juga mental. Meskipun sudah mempersiapkan diri dengan matang, rasa grogi sempat menghinggapi sebelum pertandingan.
Namun, Icha berhasil mengatasi perasaan tersebut dengan baik berkat dukungan dari pelatih dan orang tua yang hadir langsung di arena untuk menyaksikan penampilannya.
"Grogi sempat, karena latihan kemarin kan sempat tegang banget. Tapi alhamdulillah bisa kontrol di dalam lapangan," ujarnya
Dengan ketenangan dan kontrol emosi yang baik, Icha mampu tampil maksimal dan menunjukkan performa terbaiknya. Penilaian juri yang mencakup eksekusi, keindahan gerakan, serta tingkat kesulitan menjadi bukti dari kerja keras yang telah dijalaninya.
Dari ketiga aspek tersebut, Icha meraih poin eksekusi 7.700, nilai keindahan gerakan sebesar 8.050, serta nilai kesulitan 2.900.
Mencintai aerobik
Perjalanan Icha di dunia senam dimulai sejak usianya masih sangat belia. Pada umur 10 tahun, dia mulai tertarik pada cabang olahraga ini ketika mengikuti Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) cabang senam lantai.
Meskipun saat itu dia belum berhasil meraih prestasi gemilang, pengalaman tersebut membawanya berkenalan dengan senam aerobik melalui seorang teman.
"Ada teman aku yang terjun ke dunia aerobik duluan. Jadi aku dikenalin sama temen aku ke aerobik dan akhirnya aku ikut latihan dan ternyata seru jadi aku suka," kata Icha mengenang awal kariernya.
Icha semakin serius menekuni senam aerobik, dan mulai mengikuti kompetisi-kompetisi antar klub. Tekadnya semakin bulat ketika dia mengetahui bahwa PON merupakan ajang tertinggi di level nasional untuk cabang olahraga senam aerobik. Sejak saat itu, dia terus memacu diri untuk meraih prestasi tertinggi.
Menurutnya, salah satu pelajaran paling berharga yang dia dapatkan dari dunia senam adalah konsistensi dan disiplin. Latihan keras tanpa henti menjadi bagian dari rutinitas sehari-harinya, terutama menjelang kompetisi besar seperti PON.
Dia juga harus pandai membagi waktu antara kuliah dan latihan. Sebagai mahasiswa semester 7 Fakultas Ilmu Keolahragaan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Icha harus pintar-pintar mencari jadwal kuliah yang tidak bentrok dengan jam latihan.
"Kalau latihan aku itu kan pagi dan sore. Jadi aku cari jadwal kuliah yang siang atau yang enggak bentrok dengan jam latihan," ungkapnya.
Semua kerja keras dan pengorbanan tersebut akhirnya terbayar dengan medali emas yang diraihnya di PON XXI. Icha mempersembahkan kemenangan ini untuk kedua orang tuanya yang selalu memberikan dukungan penuh sejak awal perjalanan kariernya.
Sebagai anak tunggal, dia merasa bahwa prestasinya ini adalah hadiah yang bisa dia berikan kepada orang tua.
"Mama selalu kasih semangat, bahkan mama juga suka kasih kritik kalau aku lagi latihan. Jadi medali ini untuk orang tua dan juga tim pelatih," ucapnya.
Dukungan pelatih
Kesuksesan Icha juga tak lepas dari bimbingan sang pelatih Fahmy Fachrezzy yang selalu mendorongnya untuk terus meningkatkan kemampuan.
Fahmy menuturkan bahwa meskipun Icha baru memasuki kategori senior, grafik peningkatan performanya sangat signifikan. Dia percaya bahwa dengan potensi besar yang dimiliki, Icha bisa melangkah lebih jauh lagi di masa depan.
Awalnya, Icha hanya ditargetkan untuk masuk tiga besar pada PON kali ini. Namun, berkat latihan yang matang dan konsentrasi penuh selama perlombaan, dia sukses mencapai target yang lebih tinggi.
Fahmy menambahkan, dengan usianya yang masih muda dan potensi besar yang dimiliki, Icha diproyeksikan untuk berpartisipasi di ajang internasional seperti Sea Games.
Menurutnya, Icha memiliki potensi besar yang masih bisa terus dikembangkan, terutama karena usia emas atlet senam dapat bertahan hingga usia 24 atau bahkan 26 tahun.
"Dia potensial buat Sea Games ya, tapi kan semua terserah dari pimpinan pengurus, karena umurnya masih muda, terus kemampuannya bagus, potensinya bagus. Tinggal digarap dengan baik Insya Allah bisa hasilnya bagus," kata pelatih senam aerobik DKI Jakarta itu.
Dengan kemenangan ini, Icha tak hanya membawa pulang medali emas, tetapi juga membuka harapan baru untuk bisa tampil di ajang internasional.
Untuk para atlet junior yang sedang meniti karier, Icha memberikan pesan agar mereka tetap konsisten dan berusaha, karena usaha keras dan doa akan membuahkan hasil yang manis di kemudian hari.
Baca juga: DKI Jakarta tambah emas dari nomor loncat indah menara putra
Baca juga: Boling - Adhiguna: Meski raih emas, laga semifinal dan final berat
Baca juga: Gubernur Bali petakan cabang olahraga dulang emas di PON XXI
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024