Jakarta (ANTARA News) - Mantan Pangkostrad Letjen (Purn) Prabowo Subianto mengharapkan mantan Presiden BJ Habibie merevisi buku yang ditulisnya, khusus yang membahas perbincangan antara Habibie dengan dirinya. "Saya perlu melakukan klarifikasi terhadap peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 Mei 1998 di Istana Negara, khususnya perbincangan saya dengan Habibie yang ada dalam buku "Detik-Detik Yang Menentukan," kata Prabowo kepada pers di Jakarta, Kamis. Menurut dia, dalam perbincangannya dengan Habibie tersebut tidak ada nuansa membentak-bentak Presiden seperti yang ditulis Habibie dalam bukunya itu karena ia sangat menghormati sosok Presiden RI yang ke-3 itu. "Tidak benar saya marah-marah. Tapi kalau `shock` (karena dicopot secara tiba-tiba dari jabatan sebagai Pangkostrad) tentunya Ya," kata Mantan Danjen Kopassus itu. Ditegaskannya, walaupun ia sempat kaget atas keputusan Habibie waktu itu, namun karena rasa hormatnya yang tinggi baik kepada Habibie maupun mertuanya (mantan Presiden Soeharto), ia tidak banyak bertanya apa-apa lagi. Waktu itu, katanya, ia sempat bertanya apakah dirinya akan diganti dan Habibie menjawab, ya dan saat ditanya alasannya Habibie mengatakan hal tersebut atas dasar permintaan dari mertuanya sendiri. "Waktu itu saya memang menawar, atau menyarankan agar peralihan jabatan tersebut terlihat lancar dan baik di mata masyarakat tentunya butuh waktu," ungkapnya. Ditegaskannya lagi, "saya memimpin banyak pasukan dan perlu ada sertijab (serah terima jabatan) yang dilakukan di depan prajurit dan tentunya juga harus ada memorandum sertijabnya." Ketika ditanya apakah dirinya kemudian mengklarifikasi kepada Soeharto perihal pencopotan jabatannya tersebut benar-benar atas dasar permintaan mertuanya itu, Prabowo mengatakan tidak. Sementara itu, mengenai revisi isi buku, Prabowo menegaskan bahwa pelurusan sejarah itu perlu dilakukan agar tidak timbul kesan bahwa sosok Prabowo telah berkhianat dan melakukan makar atau apapun yang berkonotasi negatif. Ketika ditanya apabila Habibie tidak merespon keinginannya tersebut, Prabowo mengatakan kemungkinan dirinya juga akan membuat buku versi dirinya sendiri. "Sebenarnya saya enggan berpolemik dengan beliau (Habibie) hanya saja saya terpaksa karena budaya sekarang ini kalau orang dituding sementara tidak ada penjelasan itu bisa menjadi pembenaran," katanya. Sedangkan mengenai pengerahan pasukan yang mengepung kawasan Kuningan dan Monas, Prabowo berdalih bahwa semua pengerahan pasukan yang ada berada di bawah kendali Komando Operasi yang dipegang oleh Pangdam Jaya saat itu yaitu Mayjen Sjafrie Syamsudin (sekarang Sekjen Dephan berpangkat Letjen). "Beliau masih hidup dan bisa ditanya langsung," katanya seraya menegaskan bahwa pengerahan pasukan itu untuk mengamankan ibukota yang saat itu sedang terbakar. Mengenai pertemuan dengan Habibie Pasca peluncuran buku "Detik-Detik Yang Menentukan", Prabowo mengatakan bahwa ia telah menghubungi Habibie untuk minta waktu bertemu namun hingga saat ini belum ada jawaban.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006