Jakarta (ANTARA) - Selain menjadi bagian dari gaya hidup sehat, binaraga juga olahraga kompetitif yang dipertandingkan dalam kejuaraan-kejuaraan, termasuk dalam Pekan Olahraga Nasional 2024 di Aceh dan Sumatera Utara.

Binaraga tak hanya menuntut dedikasi dan latihan berdisiplin, tapi juga mementingkan fokus kepada keterampilan dalam memperlihatkan bentuk otot.

Massa otot sangat dipentingkan dalam cabang olahraga ini, karena berkaitan erat dengan pembentukan tubuh yang menjadi perhatian utama cabang olahraga ini.

Dengan latihan beban dan pola makan protein tinggi yang rutin dan intensif, orang bisa meningkatkan massa otot.

Seorang atlet binaraga harus memamerkan otot tubuhnya untuk dinilai juri, sebaliknya penilaian juri didasarkan kepada massa otot, simetri tubuh, definisi otot, dan penampilan atlet di panggung lomba.

Selama berkompetisi, seperti terlihat pada PON 2024, tubuh binaragawan dibaluri minyak khusus yang masih ditambah efek penyinaran panggung.

Tujuannya adalah untuk memudahkan juri dalam melihat secara lebih jelas otot seorang binaragawan.

Binaraga sendiri sudah menyelesaikan kompetisi pada Pekan Olahraga Nasional 2024 di Aceh dan Sumatera Utara, tepatnya 11 September 2024 di Hotel Four Points, Medan.

Kontes sport di arena binaraga adalah salah satu yang menarik perhatian besar masyarakat selama PON 2024. Itu terlihat dari venue lomba yang berkapasitas 500-1.000 orang selalu dipenuhi penonton.

Tak seperti pada cabang olahraga lain, penilaian kompetisi binaraga adalah yang paling subjektif, yang akibatnya juga menjadi paling sulit dinilai.

Menilai bentuk fisik yang sengaja dibentuk dan berotot memang sungguh menantang. Ini tidak sesederhana menilai pertandingan sepak bola, senam, loncat indah, atau cabang lainnya.

Seorang binaragawan mesti membuat ototnya mengembang, karena jika tidak, juri tak dapat menilai secara akurat bentuk, simetri, dan kondisi otot binaragawan.

Binaragawan juga harus memastikan ototnya besar tapi dalam proporsi yang benar.

Misal, dada bagian atas tak boleh lebih kecil dari dada bagian bawah. Itu akan dinilai kurang estetis, seperti halnya paha depan yang besar tapi otot betis yang kurang berkembang.
 
Atlet binaraga Sumatera Utara Kiki Irawan tampil pada kategori Men's Sport Physique Over to 170 cm pada PON Aceh-Sumut XXI 2024 di Four Points Hotel, Medan, Sumatra Utara, Selasa (10/9/2024). . ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/rwa. (Antara Foto/Jessica Wuysang)


Olahraga mahal

Fisik yang menang adalah fisik yang terlihat seperti terpahat dengan baik.

Untuk sampai ke level itu binaragawan mesti memiliki persentase lemak tubuh sekitar lima persen, sehingga juri dapat melihat dengan jelas alur, tekstur dan vaskularitas otot si atlet.

Di sini, jika tubuh terlalu banyak mengandung air, maka otot lebih sulit terbentuk, sehingga menghilangkan aspek yang hendak dinilai juri.

Tak heran atlet binaraga acap habis-habisan menurunkan lemak tubuh, terutama dalam kompetisi-kompetisi, seperti PON 2024.

Bahkan, menurut Ketua Umum PBFI Jakarta Estepanus Tengko, ada binaragawan yang hanya minum satu gelas sehari.

Langkah itu dilakukan karena binaragawan mesti menekan asupan air dan karbohidrat agar kandungan air dari dalam tubuh keluar sehingga otot lebih bisa dibentuk dan akhirnya lebih bisa dinilai oleh juri.

Tak cukup dengan itu, binaragawan juga harus membuat tubuhnya seimbang, bukan saja berkaitan dengan kemampuan mereka dalam mengelola tubuh, tapi juga berkaitan dengan estetika.

Kaki yang terlalu kuat, bisep yang kurang mengembang, atau deltoid yang tidak serasi bisa merusak estetika seorang binaragawan. Semua harus simetris dan proporsional.

Untuk menciptakan kesimetrisan dan proporsionalitas itu atlet mesti berlatih keras, yang membutuhkan disiplin tinggi dan pengenalan tubuh yang baik.

Dan semua proses itu membutuhkan modal besar, bukan saja berkaitan dengan pola makan, tapi juga dengan alat yang digunakan binaragawan guna membentuk ototnya.

Untuk itu, proses berbinaraga jauh lebih rumit daripada yang dibayangkan orang kebanyakan.

"Seorang binaragawan bisa menghabiskan pengeluaran tiga ratus ribu rupiah per hari," kata Yudha Pribadi, salah seorang juri binaraga PON 2024, kepada ANTARA pada hari terakhir kompetisi binaraga PON Aceh-Sumatera Utara.

Uang sebanyak Rp300 ribu itu hanya untuk mengonsumsi daging atau tuna atau makanan protein tinggi lainnya, yang dibutuhkan seorang binaragawan. "Itu belum suplemen, dan lainnya," kata Yudha lagi.

"Ya, ini olahraga yang mahal," timpal Estepanus Tengko dari PBFI Jakarta, dalam wawancara lain dengan ANTARA.
 
Atlet binaraga Sumatera Utara Muhammad Stenly Kaunang tampil pada kategori Men's Sport Physique Up to 170 cm PON Aceh-Sumut XXI 2024 di Four Points Hotel, Medan, Sumatera Utara, Selasa (10/9/2024). ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/rwa. (Antara Foto/Jessica Wuysang)


Industri olahraga

Yudha Pribadi adalah mantan atlet binaraga. Sebelum menjadi juri binaraga sejak 2010, pria kelahiran 1980 itu aktif sebagai atlet binaraga dari 2000 sampai 2007.

Tak ada batasan umur untuk olahraga ini, sepanjang atlet bisa menjaga tubuhnya. Tapi biasanya kalau sudah berkeluarga atlet binaraga tak lagi aktif dalam binaraga kompetitif.

Bukan karena tubuh sudah tak lagi mampu berkompetisi, melainkan karena masalah finansial, mengingat tidak bijak terus-terusan mengeluarkan uang banyak demi terus aktif berbinaraga ketika keluarga membutuhkan dukungan finansial lebih besar lagi.

Itu pula alasan Yudha Pribadi tak lagi aktif sebagai atlet binaraga. Dia kini aktif menjadi instruktur kebugaran dan juri kompetisi-kompetisi binaraga.

Tetap saja, sekalipun mahal, untuk kalangan tertentu, cabang olahraga ini terus diminati masyarakat, khususnya karena cabang olahraga ini erat kaitannya dengan haya hidup masa kini yang menekankan sehat dan bugar tanpa harus berada di luar ruangan.

Gaya hidup ini terutama menjadi tren di perkotaan.

Tapi gaya hidup ini juga menunjang untuk perputaran roda perekonomian, yang skalanya terus membesar sampai mewujud menjadi industri yang juga semakin besar.

Ada korelasi kuat antara meningkatnya kesadaran hidup sehat dalam masyarakat, dengan industri kebugaran.

Industri ini diprediksi oleh berbagai kalangan membesar dari tahun ke tahun, termasuk di Indonesia.

Statista.com misalnya, memprediksi bahwa potensi bisnis kebugaran di Indonesia pada 2027 mencapai 13,20 juta dolar AS. Industri ini diyakini tumbuh 8,74 persen dalam kurun 2022-2027.

Industri itu kini bersiap menghadapi berbagai perubahan besar nan menarik dalam peralatan kebugaran, yang sudah semakin erat dengan teknologi tinggi nan cerdas yang bahkan melibatkan kecerdasan buatan (AI).

Alat kebugaran berteknologi tinggi di antaranya diperlukan untuk tanda-tanda vital, menganalisis data, dan menyesuaikan tingkat kinerja pengguna.

Yang juga menarik adalah industri kebugaran tengah merambah ke tingkat rumah tangga, sehingga alat-alat kebugaran tak lagi terpusat di sanggar kebugaran atau gym, tapi juga di ruangan kecil di rumah, kantor, dan banyak lagi.

Intinya, binaraga tidak cuma tentang olahraga, tapi juga tentang pola hidup sehat yang kian luas dirangkul masyarakat, dan tentang industri olahraga, yang menjadi bagian penting dalam memajukan olahraga era ini.

Baca juga: Akhir penantian dua dekade binaraga DKI Jakarta

Baca juga: Kaltim juara umum binaraga, Jakarta cetak sejarah

Baca juga: PBFI nilai kualitas atlet merata terlihat dari distribusi medali

Copyright © ANTARA 2024