Kabupaten Deli Serdang (ANTARA) -
Konsistensi menjadi sesuatu yang biasanya sulit dilakukan oleh seorang atlet. Rasa cepat puas dan menyudahi pencapaian, kerap menyapa para atlet yang sudah mendapatkan gelar di puncak tertinggi yakni medali emas.

Namun, rasa itu agaknya tidak ada di dalam diri Maria Natalia Londa. Atlet cabang olahraga atletik itu, justru menekan dirinya menjadi yang terbaik dari waktu ke waktu, event ke event, guna menahbiskan namanya jauh di atas rata-rata peraih gelar emas pada umumnya.

Benar saja, Maria menjadi perempuan satu-satunya yang menjadi penguasa nomor lompat jauh putri di Pekan Olahraga Nasional (PON), dengan lima edisi berbeda.

Perempuan yang lahir di Denpasar, Bali, itu telah lima kali mengawinkan medali emas yang didapatkannya dalam multi event olahraga empat tahunan tersebut.

Mulai dari PON XVII Kalimantan Timur 2008, Riau XVIII 2012, Jawa Barat XIX 2016, Papua XX 2020 (penyelenggaraan 2021 karena pandemi COVID-19), dan yang teranyar PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024.

Khusus pada PON tahun ini yang diselenggarakan di Stadion Madya Atletik Sumut Sport Center, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, dia berhasil mencapai lompatan sejauh 6,44 meter. Meski begitu, jangkauan itu belum mampu memecahkan rekor PON dan nasional yang dicatatkan atas namanya sendiri.

Pada PON Riau XVIII 2012, dia mencapai 6,46 meter, sedangkan nasional 6,7 meter yang dibukukan pada 2015.

Maria mengatakan semua pencapaiannya selama ini merupakan hasil jerih payah dan konsistensi latihan yang tak pernah putus, sehingga dirinya selalu memompa serta menjaga motivasi untuk tetap giat berlatih.
 
"Saya happy menjalani hidup sebagai seorang atlet, karena menjadi seorang atlet itu merupakan suatu kebanggaan untuk keluarga maupun bagi diri sendiri," kata Maria kepada ANTARA usai meraih medali emas PON XXI Aceh-Sumut 2024.
 
Ia berharap, olahraga lompat jauh semakin banyak yang menggemari, sehingga akan berdampak untuk Indonesia di kancah internasional atau dunia.
 
Selain itu, dia meminta kepada pemerintah maupun pihak yang bertanggung jawab, agar proses regenerasi atlet lompat jauh bisa lebih diperhatikan. Menurut dia, daerah Indonesia Timur sudah sering menyumbang atau berkontribusi untuk Tanah Air, sehingga harapannya fasilitas olahraganya juga turut diperhatikan dan dibangun lebih baik.

Awal cinta lompat jauh

Maria yang lahir pada 29 Oktober 1990, mencintai atletik nomor lompat jauh sejak sekolah dasar (SD).

Dia mulai mengenal olahraga itu saat duduk di kelas tiga SD. Sebelumnya, dia juga gemar bermain lompat tali sejak sebelum mengenyam bangku SD.

Kecintaannya mulai bertambah dalam beberapa tahun sejak mengenal olahraga lompat jauh yang sudah berumur tua atau sejak ribuan tahun lalu.

Selain menyukai olahraga itu, Maria juga mulai menggemari lompat jangkit. Setelahnya, dia mulai serius berlatih untuk kedua nomor pertandingan dari cabang olahraga atletik tersebut.

Perempuan setinggi 1,63 meter itu mengaku, prestasi pertamanya saat berhasil naik podium sebagai peringkat ketiga dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Atletik Usia Dini di Jakarta. Setelah, dia kembali berprestasi dan kali ini menjadi juara di Kejurnas Atletik Remaja Junior.

Dengan dukungan dan motivasi untuk membahagiakan keluarga, Maria sudah terbiasa tinggal di asrama demi menjadi seorang atlet nasional.

Dukungan keluarga terbukti besar, karena ayahnya meninggal pada 2011, sedangkan dia harus menjadi tulang punggung keluarga untuk ibu dan adik-adiknya.

Namun, keluarga besarnya justru terus mendukung perjuangan Maria untuk mencapai prestasi puncak.

Tidak hanya lompat jauh
 
Selain mendominasi lompat jauh di lima edisi Pekan Olahraga Nasional (PON), Maria juga selalu mengawinkan nomor pertandingan itu dengan lompat jangkit.

Terbukti, medali juga selalu diraihnya sejak PON XVII Kalimantan Timur 2008, Riau XVIII sampai PON XX Papua. Motivasi dia selanjutnya adalah melengkapi pencapaian lima emas lompat jauh dengan emas kelim untuk lompat jangkit.

"Pertandingan lompat jangkit tanggal 16 September 2024, jadi mohon doanya semoga mendapatkan hasil yang terbaik," ujar perempuan berambut keriting itu yang memiliki pengikut Instagram (IG) hampir 20 ribu orang itu.


Prestasi internasional

Maria termasuk atlet yang selalu meraih medali pada perhelatan SEA Games.

Kerja keras dia sudah banyak mendapatkan pengakuan nasional dan internasional, sehingga menjadi langganan untuk meraih medali bagi Indonesia.

Prestasi paling puncak pernah dia raih saat merebut emas nomor lompat jauh dalam Asian Games 2014 Incheon, Korea Selatan.

Emas itu merupakan yang pertama bagi Indonesia dari nomor lompat jauh Asian Games. Dia juga menjadi atlet pertama Indonesia yang memenangi emas di cabang olahraga atletik sejak 1998.

Namun, raihan itu belum mampu dia tingkatkan saat berlaga di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 yang diselenggarakan di Brazil.

Perempuan asal Bali itu harus tersingkir pada sesi kualifikasi. Lompatannya mencapai sejauh 6,29 meter dan hanya menempatkannya di posisi 12 grup B atau peringkat 25 secara keseluruhan.
 
Tetapi pencapaiannya tidak sampai di situ, pada SEA Games Malaysia 2017, perempuan yang juga sering disapa Londa itu berhasil meraih dua medali perak dari nomor lompat jauh dan lompat jangkit.
 
Padahal, saat itu dia tidak dalam kondisi 100 persen fit, namun perjuangannya membuat bendera Merah Putih berkibar di ajang Asia Tenggara tersebut.

Fokus PASI kembangkan atletik
 
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Tigor Tanjung, menyebut bahwa organisasi itu memiliki tiga fokus utama dalam mengembangkan atletik di Tanah Air.

Ia membeberkan, fokus pertama dan paling utama adalah peningkatan prestasi.

"Kemudian kedua adalah adanya peningkatan sarana dan prasarana. Lalu ketiga, mengusahakan agar atletik menjadi industri," kata Tigor.
 
Untuk mencapai tujuan tersebut, lanjut Tigor, PASI memiliki serangkaian program. Terkait sarana, kata dia, PASI terus melakukan upaya untuk memeratakan fasilitas di seluruh Indonesia.

Selain itu, tambah Tigor, PB PASI bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), tengah menyelesaikan penyelesaian tahap akhir pembangunan fasilitas atletik di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang merupakan lokasi pemusatan latihan nasional (pelatnas).

Baca juga: Pebiliar Noor puas raih juara setelah dua kali gagal pada final PON

Baca juga: Pesilat putri Andini Aklis raih emas pertama untuk NTT

Baca juga: Round up - Persaingan sengit Jawa Timur dan DKI di posisi puncak

 

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024