Puspa yang turun di nomor seni tunggal putri PON XXI Aceh-Sumut, berhasil menyisihkan Risya Gunawa dari Jawa Barat, Indah Apriliyani dari Bangka Belitung, dan Deslya Anggraeni dari Sumatera Utara.
"Saya punya motto sendiri, 'Gold is Mine' artinya emas punya saya. Jadi haram hukumnya bagi lawan-lawan saya merebut emas tersebut," ujar Puspa di Medan, Jumat.
Dengan raihan tiga emas secara beruntun ini berarti Puspa telah menjadi kampiun sejak edisi PON XIX Jawa Barat dan PON XX Papua.
Di PON XXI Aceh-Sumut, Puspa menjadi satu-satunya atlet yang menyumbangkan emas untuk DKI Jakarta. Pada tabulasi akhir cabang olahraga pencak silat DKI Jakarta mengumpulkan satu emas, dua perak, dan tujuh perunggu.
Ia mengatakan komitmen untuk berprestasi di pencak silat telah membawanya menuju berbagai kemenangan. Pesilat nasional ini mengatakan tekanan dari PON ke PON tentu berbeda, ditambah bermunculan talenta-talenta potensial di tiap daerah, membuat dirinya semakin terpacu untuk mempertahankan konsistensi.
Emas ini juga, kata dia, buah dari persiapan matang yang dijalaninya. Sebelum berlaga di PON XXI Aceh-Sumut, ia juga berhasil mengantongi medali emas ada ajang SEA Games 2023 di Kamboja.
Usai PON ini ia mengaku tidak bisa berleha-leha karena harus mempersiapkan diri menyongsong kejuaraan dunia pencak silat di Abu Dhabi serta SEA Games 2025 Thailand.
"Setelah PON ini kemungkinan ada kejuaraan dunia di Abu Dhabi dan ada SEA Games juga. Saya tidak tahu apakah berlanjut atau tidak, tapi saat ini karena saya belum Hattrick di kejuaraan dunia dan SEA Games saya akan Hattrick-kan juga," ujarnya.
Puspa pun belum mau pensiun dari dunia pencak silat. Jika dirinya diberi kesempatan untuk kembali tampil di PON XXII NTB-NTT, ia akan memberikan yang terbaik.
"Kalau memang saya saya masih diberikan kesempatan ada dalam skuad pencak silat Jakarta, saya akan bertanggung jawab atas amanah tersebut," katanya.
Baca juga: Pelatih: Tiga emas PON buktikan pencak silat NTT mampu bersaing
Baca juga: Jawa Barat juara umum pencak silat untuk ketiga kalinya
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024