Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Pengelola Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Mukhtar, di Banda Aceh, Sabtu, menyebutkan setiap harinya selalu ada wisatawan asing yang berkunjung.
Diakuinya, UPTD Pengelola Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh memang tidak melakukan pencatatan dan perekapan data kunjungan wisatawan asing secara khusus.
"Namun, kami punya grup WA (WhatsApp) yang melaporkan jika ada kunjungan wisatawan asing. Yang melaporkan petugas di pintu masuk penitipan sandal," kata dia.
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh memiliki enam pintu masuk, dan satu di antaranya berada di lantai bawah tanah (basement).
"Jadi petugas lapor di grup WA, ini ada turis mau berkunjung. Kalau non-muslim kami siapkan busana khusus dan mereka memang tidak diperbolehkan masuk ke dalam masjid," katanya.
Namun, kata dia, mereka diperkenankan berkeliling di seputar areal dan pelataran masjid, termasuk menikmati pemandangan dari atas menara, serta telah disiapkan pemandu jika mereka menginginkan.
"Yang tidak boleh masuk (non-muslim, red.) hanya di dalam masjid. Kami layani dengan baik, untuk non-muslim disiapkan busana (menutup aurat). Perlu pemandu, kami ada akan diarahkan dan dijelaskan," kata Mukhtar.
Bersamaan dengan pergelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatra Utara 2024, masjid yang dibangun pada tahun 1612 atau 1022 H di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh Darussalam itu juga semakin ramai dikunjungi wisatawan, termasuk turis asing.
"Selama PON ini juga ramai (pengunjung, red.), ada juga dari turis asing. Ada lah kalau lima orang per hari. Macam-macam, ada dari Jerman, Afrika, Arab, kemudian Asia macam China, Jepang, Malaysia. Kalau dari Malaysia boleh dibilang tiap hari ada," kata Mukhtar.
Sementara itu, Antara juga berkesempatan bertemu dengan pasangan turis asing, Paul Swampillai dan Kim Godbold yang kebetulan sedang menikmati keindahan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Paul berasal dari Srilanka dan istrinya dari Australia memang baru kali pertama berkunjung ke masjid yang menjadi ikon Kota Banda Aceh tersebut.
Diakuinya, sebelum memutuskan berlibur ke Aceh sempat khawatir dengan penerapan hukum syariah, tetapi ternyata jauh dari yang dibayangkannya selama ini, apalagi masyarakatnya sangat ramah dan bertoleransi.
Kebetulan, mereka beragama non-Islam sehingga tidak diperbolehkan masuk ke dalam masjid dan harus mengenakan busana yang sudah disiapkan. Paul tampak memakai semacam kain sarung panjang, sedangkan Kim berbusana menutup aurat dengan kerudung.
Meskipun mereka beragama Kristen, namun mereka sangat menghormati agama-agama lain sehingga kerap berkunjung ke berbagai tempat peribadatan agama lain yang ikonik saat berwisata.
Sebelumnya, mereka juga banyak mengunjungi banyak masjid yang indah, seperti di Iran, Turki, hingga Suriah, dan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh adalah salah satu masjid yang menurutnya terindah.
Bahkan, Paul sangat menyukai kubah hitam yang terlihat megah di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dan berkeinginan kembali mengunjunginya kembali suatu saat nanti.
Baca juga: PON buat angka kunjungan Masjid Raya Baiturrahman melonjak
Baca juga: Ketua Harian PB PON: Drum band berpotensi majukan wisata olahraga
Baca juga: PON momentum perkenalkan wisata Sumut lebih mendalam
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024