Banda Aceh (ANTARA) - Panggung medali untuk sang juara hingga gema sorak-sorai penonton dari pinggir arena adalah sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sebuah turnamen yang melombakan berbagai macam cabang olahraga, seperti Pekan Olahraga Nasional (PON). 

Selain hingar-bingar di venue, satu hal yang wajib ada dalam turnamen-turnamen semacam itu adalah merchandise resmi.

Maka, tidak berlebihan jika pepatah lama “bagai sayur tanpa garam” disematkan untuk situasi seperti itu.

Merchandise bukan semata benda cenderamata yang dibeli sebagai buah tangan, tapi simbol yang merangkum memori dari sebuah event. Benda itu kemudian disimpan atau dipajang sebagai pengingat bahwa kita pernah terlibat dalam kemeriahan turnamen itu.

Untuk gelaran PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024, KONI pusat bekerja sama dengan salah satu jenama tanah air, Juaraga, untuk urusan merchandise.

Juaraga bukan nama asing dalam pentas olahraga Indonesia, mereka merupakan sponsor apparel resmi untuk klub Liga 1 Persija Jakarta, klub IBL Satria Muda Pertamina, dan klub peserta Proliga Jakarta Electric PLN.

Secara resmi, Juaraga telah memperkenalkan produk-produk terkait PON Aceh-Sumut 2024 melalui peragaan busana pada November 2023 silam.

Beberapa hari sebelum PON Aceh-Sumut dimulai, Juaraga pun meluncurkan artikel mereka. Total terdapat 37 artikel produk yang dapat dikonsumsi masyarakat, baik dengan cara membeli langsung di booth-booth yang ada, ataupun melalui luring.

Untuk memudahkan para konsumen mendapatkan produknya, apparel ini menjual produk-produknya di toko fisik yang terdapat di FX Mall Jakarta. Khusus untuk Aceh dan Sumut, booth-booth Juaraga terdapat di sejumlah titik seperti Stadion Harapan Bangsa dan Hotel Hermes, Banda Aceh, dan Pos Bloc Medan.
 
Seorang calon pembeli melihat kaos di stan penjualan suvenir resmi PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Pos Bloc Medan, Sumatera Utara, Kamis (12/9/2024). ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/rwa/aa.


Berbeda dengan PON sebelumnya

Merchandise yang kini ditangani oleh satu jenama berbeda dengan yang terjadi pada dua penyelenggaraan PON terakhir. Pada PON sebelumnya, yakni PON XX Papua 2021, panitia penyelenggara bekerja sama dengan 12 jenama lokal dan nasional untuk memproduksi merchandise PON.

Saat itu, jenama-jenama seperti Exodos, Dominate, Urbain, Brodee, Biabom, Club Bike Bike, Papuan Culture, Exotis Papua dan Noken Clothing berkreasi membuat berbagai merchandise seperti kaus dan gantungan kunci terkait PON XX Papua.

Sedangkan pada PON edisi delapan tahun sebelumnya, atau PON XIX Jawa Barat (Jabar), panitia pelaksana juga menggandeng beberapa jenama untuk menyuplai kebutuhan merchandise selama PON. Tercatat beberapa jenama, seperti CK Bandana sampai beberapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMK) dipercaya untuk urusan yang mungkin terlihat minor tetapi sebenarnya cukup penting itu.
Di satu sisi, semakin banyak jenama yang diajak bermitra untuk menjadi produsen merchandise PON menjadi kabar baik bagi pemerataan kesempatan. Namun di sisi lain, masalah yang mungkin terjadi juga berpeluang menghampiri, seperti suplai barang yang tidak merata, kontrol kualitas yang tidak seragam, sampai kemungkinan adanya intrik internal di antara jenama-jenama tersebut.

Sedangkan pada penunjukan jenama tunggal untuk menjadi produsen merchandise PON, masalah-masalah seperti itu kemungkinan besar lebih dapat diatasi. Sebab, baik suplai barang dan kualitas kontrol tentu akan sangat diperhatikan oleh pemegang merek.

Bebas masalah?

Terlalu jauh untuk menyebut masalah merchandise pada PON XXI Aceh-Sumut 2024 bebas masalah. Sebab, sebagaimana apapun yang tercipta dari manusia, pasti memiliki masalah.

Masalah yang sangat terlihat pada penyelenggaraan PON XXI Aceh-Sumut 2024 terkait merchandise adalah sedikitnya stan (booth) resmi yang tersedia. Sebagaimana disampaikan di awal tulisan, di Aceh, dua stan Juaraga yang menjual merchandise hanya terdapat di komplek Stadion Harapan Bangsa dan Hotel Hermes.

Padahal Aceh menjadi tuan rumah untuk 33 cabang olahraga PON XXI, dengan 24 cabang olahraga dimainkan di Banda Aceh. Jika menepikan kotamadya/kabupaten lain di luar Banda Aceh, seperti Aceh Besar, Sabang, Pidie, Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Barat, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara, tetap saja rasanya dua stan untuk 24 cabang olahraga masih terlalu sedikit.

Masalah berikutnya adalah variasi produk. Apparel Juaraga memang sudah menyediakan cukup banyak variasi produk dimulai dari yang umum seperti kaus, topi, dan jaket, sampai boneka dan tumbler.

Namun rasanya, dengan cukup tingginya minat masyarakat, ditambah atlet, ofisial, dan anggota kontingen lainnya, untuk memiliki merchandise resmi, tidak berlebihan jika disebut variasi produk yang ditawarkan belum memuaskan para konsumen.

Padahal ini dapat menjadi salah satu daya tarik bagi para kolektor. Seperti misalnya gantungan kunci. Gantungan kunci dengan logo PON XXI memang tersedia, tapi tidak ditemukan gantungan kunci bergambar maskot PON Po Meurah (gajah yang menjadi maskot PON XXI di Aceh) atau Matra (harimau yang menjadi maskor PON XXI di Sumatera Utara) dalam beberapa pose seperti sedang melakukan pertandingan angkat besi, bermain sepak bola, atau bermain bola basket.

Selain itu, Juaraga juga tidak memproduksi produk-produk yang dapat digunakan oleh anak-anak. Semua produk pakaian yang dijual diperuntukkan untuk orang dewasa atau remaja.

Dengan demikian, para konsumen yang ingin membelikan kaus atau jaket untuk anak-anak mereka, terutama yang masih berusia di bawah 12 tahun, tidak dapat memperolehnya. Sehingga, kaus-kaus tidak resmi (non official) yang kemudian menjadi alternatif untuk dibeli. Di satu sisi, ini tentu tidak baik untuk masalah Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), tetapi di sisi lain, para calon konsumen itu tidak diberi pilihan.

 
Tiga boneka maskot PON XXI Aceh-Sumut dipajang di stan penjualan merchandise resmi PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Pos Bloc Medan, Sumatera Utara, Kamis (12/9/2024). ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/rwa/aa.


Harapan untuk masa yang akan datang

PON, sebagaimana hajatan lainnya di Indonesia, tentu jauh dari sempurna. Berbagai masalah teknis dan non-teknis pasti setia menghinggapi.

Namun untuk masalah merchandise, langkah KONI dan panitia penyelenggara untuk bekerja sama layak diapresiasi. Tentu untuk masa yang akan datang, berbagai masalah yang telah disampaikan di atas dapat diatasi. Berbagai perhitungan bisnis tentu telah dilakukan produsen merchandise, tetapi menyampaikan keluhan dari sisi pembeli tentu bukan dosa.

Berkaca dari penyediaan merchandise pada pesta olahraga multi cabang di luar negeri, perluasan jenis variasi produk resmi rasanya layak dipertimbangkan. Sudah saatnya tidak menutup cakrawala berpikir bahwa merchandise hanya sebatas kaus, jaket, dan rompi, tetapi dapat lebih luas lagi seperti misalnya kotak pensil, casing telepon seluler, atau tas sekolah.

Selain itu stan-stand merchandise resmi juga perlu dipertimbangkan untuk diperbanyak, minimal di venue-venue pertandingan. Bahwa terdapat peluang produk itu tidak laku mungkin benar, tetapi adanya stan-stan resmi jelas menambah daya tarik dan kemeriahan pertandingan yang sedang dimainkan.

Maka ke depan, PON akan menjadi semakin inklusif, dapat dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat, dan semakin menguntungkan secara keuangan.

Baca juga: Outlet resmi PON 2024 akan buka di komplek Stadion Harapan Bangsa

Baca juga: Merchandise PON 2024 tersedia di Pos Bloc Medan

Baca juga: TWC hadirkan "Prambanan Merchandise Store" hadirkan produk UMKM lokal

Copyright © ANTARA 2024