Banda Aceh (ANTARA) - Atlet soft tenis senior Dwi Rahayu Pitri menekankan pentingnya bagi atlet cabang olahraga tersebut untuk berlatih bersama di luar pertandingan.

Ia menekankan hal tersebut lantaran atlet soft tenis Indonesia tidak kembali berlatih bersama seusai pertandingan, sehingga harus beradaptasi kembali ketika berlatih menjelang bertanding.

“Perkembangan soft tenis di Indonesia lumayan naik, tapi kalau habis dari training camp, pemain-pemain bubar. Tidak berlatih bersama lagi,” kata dia ketika dikonfirmasi di Banda Aceh, Senin.

Dwi yang meraih medali perunggu dalam babak final nomor ganda putri pada Minggu (15/9) bersama Beatrice Chandra, mencontohkan atlet soft tenis nomor ganda dari Filipina dan Thailand yang terus berlatih bersama setelah pertandingan selesai, sehingga bisa menjaga chemistry yang terbangun.

“Kalau kita (atlet Indonesia), kepisah-pisah setelah pertandingan. Semuanya berpencar-pencar begitu saja. Jadi, susah untuk kembali membangun kekompakan itu,” ucapnya.

Terlebih, lanjutnya, terdapat seleksi sebelum pertandingan, sehingga atlet harus beradaptasi lagi untuk bekerja sama dengan pasangan baru.

“Kita harus mengulang dari nol lagi. Sayangnya di situ saja sih,” kata dia.

Oleh karena itu, menurutnya, latihan bersama itu harus terus dijalankan selepas pertandingan demi menjaga kekompakan di lapangan.

Meski demikian, atlet yang telah menggeluti soft tenis sejak tahun 2010 itu tetap mengapresiasi mulai berkembangnya cabang olahraga asal Jepang tersebut di Indonesia. Bahkan, pada tahun ini, soft tenis dipertandingkan secara perdana di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara 2024.

“Lumayan ada peningkatan dibandingkan awal-awal ketika saya mulai bermain,” ujarnya.

Diketahui, soft tenis merupakan olahraga yang dimulai dari Jepang pada tahun 1884. Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Soft Tennis Indonesia (Pesti) Brigjen Pol. Awal Chaeruddin menjelaskan, terdapat perbedaan soft tenis dengan tenis lapangan pada umumnya.

Perbedaan utama yang paling menonjol adalah pada raket dan bola yang digunakan. Raket dalam soft tenis berukuran lebih kecil dan belum dijual secara umum seperti di Indonesia. Lalu, bola dalam soft tenis juga lebih lunak dan pantulannya lebih rendah dibandingkan bola tenis biasanya.

Selain pada alat, soft tenis juga memiliki penghitungan skor yang berbeda dari tenis. Dalam soft tenis, angka game yang digunakan adalah 1-2-3-4.

“Pertandingan game soft tenis itu lebih pendek. Kalo tunggal putra-putri hanya empat game, sedangkan tenis memakai the best of three set,” kata Awal.

Baca juga: Atlet soft tenis ungkap kebiasaan unik saat bertanding
Baca juga: Ganda campuran Aceh bangga bisa persembahkan emas soft tenis

Pewarta: Nadia Putri Rahmani
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2024