"Menjadi petinju memang cukup berat karena berkelahi. Dalam berkelahi ini yang memegang peran adalah mental bertanding," kata Syamsul dalam konferensi pers PON XXI Aceh-Sumut bertajuk "Membangun Prestasi Melalui Pembinaan Olahraga Berkelanjutan" di Medan, Sumatera Utara, Senin.
Menurutnya, mental bertanding yang baik itu akan tumbuh pada diri atlet apabila mereka memiliki pertahanan yang baik pula.
"Mental bertanding ini akan tumbuh kalau kita memiliki pertahanan yang baik, kalau kita susah dipukul, kalau kita mudah memukul," ujar dia.
Apabila kedua unsur susah dipukul dan mudah memukul dimiliki oleh para atlet, menurut Syamsul, lawan akan ketakutan.
Ia lalu mencontohkan pengalaman yang dia miliki saat bertanding tinju di Banda Aceh pada 1976 dalam ajang Sarung Tinju Emas (STE). Saat itu, ia mengatakan para atlet lain merasa ketakutan dengan keikutsertaan Syamsul dalam pertandingan karena pria berusia 72 tahun itu dikenal sebagai petinju yang susah dipukul, namun mudah memukul.
"Begitu saja ke kelas 67 kilogram, berteriak semua, 'aku sangka dia di kelas itu, tahu-tahunya di sini, matilah kita matilah kita'," ucap Syamsul mengenang pengalamannya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, pemegang rekor nasional tolak peluru putra Indonesia Sukraj Singh menyampaikan bahwa salah satu kunci utama bagi atlet dalam memenangi pertandingan adalah dengan fokus pada dunia olahraga yang ia geluti.
Menurut Sukraj, seorang atlet perlu berupaya keras dalam berlatih demi mencetak kemenangan. Di samping itu, kata dia menambahkan, para atlet juga harus sering bertanding agar bisa memantau atlet-atlet lain.
"Harus banyak berkompetisi, bertanding. Dengan banyak bertanding, kita bisa memantau atlet-atlet lain yang bagus," ujar dia.
Baca juga: Menpora ingatkan PON XXI 2024 sebagai sarana pemersatu bangsa
Baca juga: Menpora harap pemberitaan PON XXI 2024 juga mengangkat sisi humanis
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2024