Namun, tidak begitu dengan Dewa Putu Yadi Suteja yang menemukan menembak sebagai salah satu cara melepas stres.
Menurut atlet menembak asal Desa Batuan, Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali itu justru cabang olahraga ekstrem tersebut membuat dirinya lebih fokus.
Ada pun yang terkadang bisa membuat dirinya terkecoh justru ketika mendengar suara-suara dari tim pendukung lawan, ketika sedang menjalani kompetisi menembak.
Meski demikian, ia mampu meredam disrupsi itu sehingga menjadi lebih fokus bahkan mampu membawa pulang medali emas saat bertanding di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara di Lapangan Menembak Rindam Iskandar Muda Mata Ie, Banda Aceh.
Atlet berusia 42 tahun itu berlaga pada nomor pertandingan 25 meter rapid fire pistol untuk kategori perorangan putra pada Senin (16/9).
Ia mengalahkan rekan seperjuangan yang juga menjadi musuh bebuyutannya Anang Yulianto asal Jawa Barat yang memperoleh perak dan perwakilan dari Jakarta, Yudha Sianatta yang merebut perunggu.
Medali emas tersebut adalah medali pertama sejak ia berpartisipasi pada ajang pesta olahraga terbesar empat tahun sekali itu sejak berlaga di PON Jawa Barat pada 2016.
Baca juga: Menembak - Atlet Bali sabet medali emas
Membangun konsentrasi
Olahraga menembak adalah olahraga yang membutuhkan keterampilan tinggi, ketenangan, kesabaran, sorot mata yang tajam hingga yang paling penting adalah fokus.
Ada beberapa cara yang kerap dilakukan Dewa Yadi untuk membangun konsentrasi atau fokus di antaranya memusatkan pikiran kepada satu tujuan sesuai titik target.
Untuk itu, anak pertama dari tiga bersaudara itu tidak menggubris disrupsi dari lingkungan sekitar yang berpotensi membuyarkan konsentrasinya.
Selain memusatkan pikiran, alumnus SMA Negeri 6 Denpasar tahun 2000 itu juga melakukan olahraga fisik.
Rutin berolahraga tidak hanya untuk kebugaran fisiknya, namun juga membantu lebih fokus dan menjaga ketahanan, kestabilan dan keseimbangan fisik.
Olahraga itu di antaranya lari, push up hingga olahraga yang menjaga ketahanan otot tubuh agar tidak kendor dan mengolah pernafasan.
Dengan begitu, kebugaran fisik itu dapat menunjang olahraga menembak utamanya pada bagian tubuh seperti bahu, kaki, dan tangan.
Cara lain untuk meningkatkan konsentrasi yakni dengan rajin berlatih setiap hari kecuali Minggu. Latihan bisa dilakukan di rumahnya dengan cara mengangkat senjata tanpa peluru.
Kemudian aktif mengikuti kompetisi untuk menguji kemampuan sendiri dan sekaligus menambah jam terbang.
Semakin banyak jam terbang, maka semakin bagus mengelola konsentrasi dari olahraga yang memacu adrenalin itu.
Khusus untuk hari Minggu, ia mengambil istirahat dan meluangkan waktu bersama keluarga karena dinilai sebagai salah satu cara efektif meningkatkan kualitas hidup yang berperan mendukung konsentrasinya.
Baca juga: Lily persembahkan emas menembak bagi Bali
Torehkan prestasi
Kecintaannya terhadap olahraga menembak datang saat ia bergabung dalam dinas militer pada 2002 yang saat itu putra dari Dewa Nyoman Suteja (almarhum) dan Ni Nyoman Widiasih itu pertama kali bertugas di Batalyon Infanteri Raider 900 Kodam IX Udayana.
Olahraga itu terus ia lakoni hingga saat ini bertugas di Resimen Induk Kodam (Rindam) IX Udayana di Kabupaten Tabanan, Bali.
Berkat olahraga menembak, ia menikmati hasilnya baik secara fisik dan mental yang lebih baik serta mengangkat nama keluarga dan kesatuannya yang telah memberikan dukungan hingga mengharumkan negara dan tanah kelahirannya Bali.
Sejumlah kompetisi pernah ia ikuti yang pertama kali pada 2006 yakni mengikuti turnamen Kasad Cup yang saat itu masih nihil medali.
Begitu juga berkompetisi di ajang PON di Jawa Barat namun keberuntungan saat itu belum berpihak.
Kegagalan tidak menyurutkan dirinya untuk kembali berkompetisi hingga akhirnya kerap meraih medali untuk kompetisi tingkat nasional di antaranya
pada 2017 mengikuti Kasad Cup hingga menggondol medali emas.
Atlet berzodiak Taurus itu beberapa kali menjuarai turnamen piala Panglima TNI Cup yang kemudian mengantarkan dirinya mengikuti pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Jakarta.
Selain itu, medali perak pernah ia sumbangkan untuk tanah kelahirannya, Pulau Dewata pada ajang PON XX di Papua dan memperbaiki capaian itu di PON 2024 Aceh-Sumatera Utara dengan menyabet medali emas.
Ada pun pencapaian tertingginya adalah menyabet medali emas beregu putra di SEA Games 2022 Vietnam.
Saat itu, anggota TNI berpangkat Pembantu Letnan Dua itu merebut emas pada nomor yang selama ini menjadi spesifikasinya, 25 meter rapid fire pistol bersama rekannya Totok Tri Martanto dan Anang Yulianto yang menjadi lawannya di PON XXI Wilayah Aceh.
Baca juga: Atlet menembak asal Bali Dewa Yadi raih medali perak PON Papua
SEA Games 2025
Usai menjuarai cabang olahraga menembak perorangan putra untuk nomor 25 meter rapid fire pistol di PON XXI Wilayah Aceh, Dewa Yadi bersiap kembali memasuki Pelatnas untuk menatap ajang olahraga bergengsi di regional Asia Tenggara yakni SEA Games 2025 di Thailand dengan target medali emas untuk Indonesia.
Menurut pelatih cabang olahraga menembak I Made Sugiantara, Bali mengirimkan 13 atlet menembak di PON XXI WIlayah Aceh dan Dewa Yadi merupakan salah satu atlet andalan daerah dan nasional.
Ada satu “ritual” yang dijalani oleh sang atlet menjelang bertanding yakni membatasi pertemuan atau sosialisasi karena informasi dari luar berpotensi menurunkan semangat.
Pasalnya, olahraga ini membutuhkan ketenangan, kesabaran dan konsentrasi tingkat tinggi.
Baca juga: Rico Fergian sumbang medali perak Bali dari menembak
Baca juga: Doa ibu di balik torehan emas penembak Riau
Baca juga: Menembak - Jabar pimpin sementara perolehan medali emas
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2024