Medan (ANTARA) - Kenny Tirza Chandra kaget bukan main saat menyaksikan tembakan terakhir lawannya di penghujung set ke-11 pertandingan final nomor 10 ball single putri cabang biliar PON Aceh-Sumut 2024 di Pardede Hall, Kota Medan.

Perempuan itu tak menyangka tembakan bola 10 yang dilesatkan lawan asal Jawa Timur Emilia Putri Rahmanda justeru berbuah kemenangan untuknya.

Emilia sudah mengeksekusi bola dengan sempurna ke dalam lubang, sayangnya, tembakannya yang terlampau bertenaga membuat bola putih pun menggelinding masuk ke lubang yang lain. Itu berarti kalah.

Juri pun memutuskan kemenangan set ke-11 jadi milik Kenny (sapaan Kenny Tirza Chandra), sekaligus menyudahi pertandingan dengan skor akhir 7-5.

Sorak-sorai pendukung Kenny seketika memecah keheningan suasana. Mereka berteriak mengekspresikan rasa lega setelah menyimak pertandingan yang diwarnai drama di penghujung laga.

"Jujur kalau mau ngomong ini juga dibantu luck ya, dibantu hoki hari ini," ujar Kenny tentang kemenangannya.

Benar saja, ada faktor keberuntungan. Andai saja Emilia tidak melakukan kesalahan fatal itu, maka kedudukan akan berubah menjadi imbang 6-6 dan keduanya akan bertarung pada set penentuan gelar juara.

Namun, keberuntungan bukan hal memalukan dalam sebuah kompetisi karena dialami setiap atlet. Keberuntungan dan keterampilan seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Keberuntungan Kenny datang pada momentum yang tepat, yaitu saat akhir laga perebutan medali emas. Meski demikian, pebiliar 35 tahun itu tak sepenuhnya mengandalkan keberuntungan. Ia tampil apik memenangkan enam set menghadapi perlawanan ketat dari Emilia.

Baca juga: Biliar - Kenny Tirza persembahkan emas untuk Papua Pegunungan
 

Pebiliar Papua Pegunungan Kenny TIrza Chandra membidik bola pada partai final nomor 10 ball single putra di Pardede Hall, Medan, Minggu (15/9/2024). Kenny berhasil meraih emas setelah menumbangkan lawan asal Jawa Timur Emilia Putri Rahmanda dalam laga pamungkas itu dengan skor akhir 7-5. (ANTARA/Aloysius Lewokeda)


Prestasi pertama

Pada PON Aceh-Sumut 2024, kompetisi cabang biliar yang berlangsung selama 9-19 September memainkan lima kelas yaitu pool putra, pool putri, carom, english billiard, dan snooker dengan 22 nomor yang diikuti diikuti 127 atlet putra dan 14 atlet putri.

Dari lima kelas yang dilombakan, Papua Pegunungan mengutus tiga jagoan yaitu Kenny yang turun di nomor pool putri, serta Junaidi dan Hamka Jaya yang bersaing pada pool putra.

Papua Pegunungan adalah anggota baru PON. Provinsi yang berada di Pulau Papua itu menjadi daerah otonomi baru bersama Papua Tengah, Papua Selatan, dan Papua Barat Daya pada 2024. Papua Pegunungan menjadi provinsi ke-37 di Republik Indonesia.

Sebagai provinsi baru, Papua Pegunungan pun langsung "tancap gas" menorehkan prestasi dalam pesta olahraga terbesar nasional kali ini.

Prestasi itu ditorehkan cabang biliar melalui medali emas Kenny. Emas itu merupakan yang pertama bagi olahraga biliar Papua Pegunungan di ajang PON sebagai kompetisi level nasional yang diikuti untuk pertama kali.

Kenny tentu merasa bangga dengan prestasi itu. Pasalnya, tim hanya menargetkan Kenny dan rekan-rekan bisa menembus babak semifinal agar bisa memiliki peluang, setidaknya untuk merebut perunggu.

Tidak hanya karena hal itu, yang membuat perasaan bangga Kenny semakin besar adalah fakta bahwa ia merupakan orang pertama yang membuka jalan prestasi biliar untuk Papua Pegunungan. Ia telah merintis jalan prestasi biliar untuk sebuah provinsi baru.

Seperti umumnya keinginan setiap atlet berprestasi, Kenny pun menaruh harapan besar agar prestasi yang diraih dapat memotivasi anak-anak muda Papua Pegunungan.

"Semoga ada Kenny Kenny baru dari Papua Pegunungan untuk PON-PON ke depan," tuturnya.

Baca juga: Kenny buka peluang rebut medali pertama biliar untuk Papua Pegunungan

Tidak instan

Apapun prestasi olahraga yang diraih seorang atlet selalu melewati proses panjang, bahkan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengasah keterampilan menjadi profesional.

Seperti Kenny yang mengasah kemampuan bermain biliar sejak berusia 19 tahun, ketika berada di bangku kuliah. Jalan prestasinya tidak dimulai di Papua Pegunungan namun di Surabaya, Jawa Timur, tempat kelahirannya.

Bahkan, ia memulai karir sebagai atlet biliar profesional dari sebuah momentum yang tidak terduga. Saat itu, Kenny yang menjalani profesi sampingan sebagai seorang model dikontrak sebuah perusahaan sebagai duta merek. Dari situ, ia pun bertemu dengan para pebiliar profesional yang saat itu sedang menjalani sebuah program tour.

"Saya jadi brand ambassador jadi kalau ada atlet yang main biliar, kami main bareng, dan kalau menang dapat hadiah," ujarnya.

Kesempatan itu yang mempertemukan Kenny dengan para atlet biliar di Surabaya. Ia dianggap memiliki bakat karena belum bisa bermain dengan terampil tapi memegang tongkat biliar dengan cara yang tepat.

Ia kemudian bergabung dengan Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Jawa Timur dan mulai melakoni kejuaraan nasional pertamanya di Semarang, Jawa Tengah, pada 2010. Setahun berikut, ia pun mengikuti pra-PON di Medan, Sumatera Utara, namun tidak lolos kualifikasi sehingga tidak tampil pada PON 2012.

Kenny baru mengikuti PON untuk pertama kalinya pada PON Jawa Barat 2016 bersama tim biliar dari Jawa Timur. Selama delapan tahun ia bergabung dengan POBSI Jawa Timur sehingga mengenal banyak pebiliar termasuk Emilia, lawannya pada laga final, yang ia anggap adik atau juniornya di organisasi.

Pada 2018, Kenny pindah ke Papua hingga tiba kesempatan bergabung dengan tim biliar Papua Pegunungan mengikuti PON yang digelar untuk pertama kalinya di dua provinsi yaitu Aceh dan Sumatera Utara.

Sebelum mengikuti PON, Kenny terus mengasah kemampuan dengan berlatih setiap hari hingga menjalani pemusatan latihan di Jakarta sejak awal Agustus.

"Jadi memang proses untuk bisa medali emas hari ini tidak instan," tuturnya.

Ia pun ingin membagikan pengalaman itu sebagai sebuah inspirasi bagi atlet-atlet biliar di Papua Pegunungan untuk berani merintis perjuangan mencapai prestasi biliar untuk membanggakan keluarga dan mengharumkan nama daerah.

Bagi Kenny, keikutsertaan Papua Pegunungan untuk kompetisi biliar pada PON kali ini juga merupakan langkah tepat untuk membuka jalan bagi atlet di daerah, sekaligus awal pembinaan untuk menciptakan pebiliar-pebiliar handal di masa depan.

Papua Pegunungan tidak sendiri tampil sebagai peserta baru untuk berkompetisi pada cabang biliar PON. Ada pula Papua Selatan yang menerjunkan pebiliar putra Yoakim dan Papua Tengah yang diwakili pebiliar Deki Mote.

Keikutsertaan ketiga tim itu pun menuai apresiasi dari Wakil Ketua Umum Pengurus Besar POBSI Syafril Nasution saat menyapa para peserta pada pembukaan kompetisi.

Ia memuji para atlet dari provinsi baru yang berani tampil menghadapi pebiliar terbaik dari provinsi lainnya, meski pun menjalani persiapan dengan berbagai keterbatasan sebagai provinsi baru.

"Luar biasa mereka ikut tampil dalam PON meskipun sebagai provinsi baru, minus Papua Barat Daya yang tidak mengirim atlet," ujarnya.

Meskipun pembinaan para atlet belum maksimal seperti provinsi lainnya,  keikutsertaan para pebiliar dari provinsi-provinsi baru itu tentu menjadi langkah yang bagus.

Merasakan pengalaman berkompetisi dalam ajang bergengsi di tingkat nasional menjadi bekal penting untuk mengembangkan kemampuan para atlet.

PON Aceh-Sumut 2024 diharapkan menjadi titik tumpuan bagi tim-tim dari provinsi baru untuk melompat lebih tinggi menggapai banyak prestasi biliar untuk Bumi Cenderawasih.


Baca juga: Pebiliar Gebby Wibawa jadikan medali emas PON motivasi ke SEA Games
Baca juga: Biliar - Gebby pertahankan gelar juara snooker single PON

 

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2024