Medan (ANTARA) - Sorot mata Sisca menyala. Menatap lawannya seperti elang melihat kelinci. Bola ping pong putih tertelan dalam genggaman tangan kirinya yang mengepal. Di tangan kanannya, bet berwarna hitam-merah digenggam dengan mantap.

Lalu Sisca memejam.

***

Ubud memang selalu menenangkan. Siapa yang bisa mendustai hamparan teras padi yang berundak-undak, beberapa pohon kelapa menjulang di antaranya, dan pohon tropis lain menjadi latar.

Hembus udara yang mengaliri rongga hidung kaya akan O2. Jauh dari bising buru-buru pengendara. Suara alam lebih mendominasi di sini. Serangga, gemericik air, bahkan tiupan lembut angin juga dapat dikenali.

Tenteram.

“Anggap musuhmu adalah orang kecil. Dan kamu… besar.”

***

Made Sisca Pratiwi membuka matanya.

Tatapannya kini lebih dari elang. Menuding pasangan di seberang meja hijau yang disekat oleh net pendek.

Pletok. Tak.

Serve yang dilakukan Sisca dikembalikan oleh Vita dari seberang meja.

Dengan sigap dan lekas, Komang menerjang ke depan, melalui sisi samping meja, memukul bola yang baru memantul di separuh meja dengan sangat keras. Amat keras. Sekeras-kerasnya. Yang membuat Affan hanya merespons dengan memukul angin.

Ekspresi kekecewaan tak bisa disembunyikan lagi di kedua wajah atlet asal Jawa Timur. Affan Mauludana Pratama dan Dwi Oktaviani Sugiarto yang selalu tenang dan nyaris tanpa ekspresi di sepanjang kompetisi ganda campuran tenis meja PON XXI Aceh-Sumatera Utara, kini berubah cemas.

Affan membelakangi meja pingpong. Berbicara dengan Vita perihal strategi, taktik, atau apapun itu yang bisa membawa kemenangan atas Jawa Timur. Cukup lama, cukup serius. Entah berapa kali wasit menegur pasangan Jatim untuk segera kembali memulai permainan.

Kini giliran Affan yang melakukan serve. Sebelum memulai, dia membisikkan sesuatu ke telinga Vita sebanyak dua kali, yang dijawab dengan anggukan oleh perempuan berambut kuncir pendek dengan sejumlah jepit warna-warni menghiasinya.

Affan menatap tajam ke bola pingpong di telapak tangan kiri, melempar bola ke atas, lalu memukulnya dengan sempurna ke arah lawan.

Petenis meja Bali Komang Sugita (tengah) dan Made Sisca Pratiwi (kiri) berusaha mengembalikan bola saat melawan petenis meja Jawa Timur Affan Mauludana Pratama dan Dwi Oktaviani Sugiarto pada final ganda campuran tenis meja PON XXI Aceh-Sumut 2024 di GOR Angsapura, Medan, Sumatera Utara, Minggu (15/9/2024). . ANTARA FOTO/Makna Zaezar/rwa.
Baca juga: Tenis Meja – Raih emas ganda putra, Affan berjuang di nomor tunggal

Komang Sugita mengembalikan bola serve dengan hati-hati, mengarah pada Vita yang juga berhasil mengembalikan dengan cermat.

Bola memantul tanggung. Santapan empuk bagi Sisca.

“Haah!”

Teriakkan Sisca bertalian dengan pukulan smesnya yang keras. Bola melaju cepat, menukik, namun tidak berhasil memantul di meja.

“Yeah!!”

Affan dan Vita kompak mengepalkan tangannya seraya berteriak keras. Melegakan mereka.

Di set kelima ini, skor imbang 2-2. Affan-Vita yang lebih dulu mengamankan poin pertama pada set penentuan, diimbangi oleh Komang dan Sisca 1-1. Lalu Komang-Sisca malah balik memimpin 2-1, yang kemudian kembali disamakan oleh pasangan Jatim 2-2.

Setiap poin begitu mahal pada set terakhir. Setelah empat set sebelumnya yang teramat melelahkan dengan rally dan smes keras.

Kedudukan imbang 2-2 dengan set pertama berakhir 15-13 untuk Jatim, Bali mengamankan dua set selanjutnya 11-6 dan 13-11, yang kemudian diimbangi lagi 11-6 oleh pasangan Jawa Timur. Dan ini adalah laga terakhir untuk menentukan siapa pasangan ganda campuran tenis meja terbaik Indonesia pada PON 2024.

Komang dan Sisca bertatapan sambil mengatur napas masing-masing. Mulut Komang mengucapkan sesuatu. Sisca mengangguk dengan kekecewaan yang bercampur keyakinan. Mereka bersiap lagi mengambil posisi.

Sisca kembali memejam.

***

Ketenangan adalah jaminan bagi siapapun yang berkunjung ke Ubud. Setidaknya bagi mereka yang benar-benar menyatakan diri ingin berhimpun dengan alam.

Termasuk Sisca, Komang, Tedja, Anik, Bayu, Devi, Ogik, dan Devinta.

Yang semuanya terpejam. Berdamai dengan apapun. Menyeleraskan diri mereka dengan kesahajaan bunga-bunga padi di sawah.

Menyesap aroma klorofil dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

Rahayu.

“Sulit… bukan berarti… tidak mungkin.”

***
Baca juga: Tenis Meja - Bali tundukkan Jatim untuk cetak sejarah medali PON

Selanjutnya: Menang 12-10

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024