Pemegang medali emas PON Papua itu membuat total angkatan 900 kilogram, yang berselisih jauh dari pemenang medali perak Willy Sandria, yang mengangkat total beban 865 kilogram.
“Alhamdulillah PON kedua saya, alhamdulillah bisa mempertahankan (medali emas) yang sebelumnya, senior-senior Imam yang sebelumnya pegang kelas itu, Imam bisa melanjutkan, karena Imam bukan orang terkuat, Imam cuma melanjutkan,” kata Imam pada jumpa pers seusai pertandingan.
Atlet berusia 26 tahun itu menjalani angkatan squat dengan kurang mulus.
Baca juga: Lifter Amir Hamzah sumbang medali emas angkat berat untuk Jawa Barat
Ia berhasil pada angkatan 325 kilogram, namun gagal saat mengangkat beban 340 kilogram pada dua percobaan selanjutnya.
Pada angkatan bench press, Imam sukses dalam ketiga upaya, yakni pada beban seberat 250 kilogram, 255 kilogram, dan 260 kilogram.
Keberhasilan Imam mengangkat beban 260 kg pada angkatan bench membuatnya memecahkan rekor bench press atas namanya sendiri, pada 250 kg.
Sedangkan pada angkatan dead lift, Imam hanya melakukan dua angkatan karena beban maksimalnya tidak mungkin terkejar pesaing-pesaingnya.
Imam mengangkat beban 305 kg pada percobaan pertama, dan kemudian sukses mengangkat beban 315 kg pada percobaan kedua.
Baca juga: Angkat berat - Maria Magdalena pertahankan emas kelas 84 kilogram
Pemenang medali perak, Willy asal Riau, memiliki total angkatan 865 kilogram. Ia mencatat angkatan terbaik squat 355 kilogram, angkatan terbaik bench press 235 kilogram, dan angkatan terbaik dead lift 275 kilogram.
Medali perunggu dibawa pulang lifter Sumatera Utara Fernando Sitohang, dengan total angkatan 852 kilogram.
Fernando membuat angkatan squat terbaik 360 kilogram, angkatan bench press terbaik 255 kilogram, dan angkatan dead lift terbaik 267 kilogram.
Kelas ini diikuti oleh delapan orang lifter, termasuk Imam, Willy, dan Fernando.
Baca juga: Angkat berat - Aneu Veronica terkuat dalam kelas 76 kg putri
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2024