Dalam final itu, jujitsan Jawa Timur Artz Brilliant Perfecto Tanujaya melawan Muhammad Irfan Fauzi dari Kalimantan Timur.
Pada final pertama, Artz menang tipis atas Irfan dengan skor akhir 6-5 atas lawannya. Namun, karena adanya komplain dari tim Kalimantan Timur, maka dewan juri bersama tim Jatim dan Kaltim menyepakati untuk dilakukan pertandingan ulang.
Pertandingan ulang itu dilakukan guna memutuskan peraih medali emas kategori fighting putra kelas -77 kilogram. Laga tanding ulang final tersebut dilakukan setelah penyerahan medali kepada para juara di tiga nomor lainnya, yakni fighting putra kelas -62 kg, fighting putri -55 kg, dan faighting putri -62 kg.
Dalam laga yang dilaksanakan di ruang Martial Arts Arena, Kompleks Sumut Sport Center, Deli Serdang, suasana cukup menegangkan, para kontingen provinsi lainnya yang hendak pulang menyempatkan menyaksikan laga tersebut.
Baca juga: PBJI pastikan pertandingan jujitsu PON XXI dipimpin wasit profesional
Ketika final diulang, poin Artz sempat di bawah dari Rifan, namun saat waktu pertandingan hendak berakhir yang tersisa 2 detik, nilai Arts langsung mengungguli Irfan dengan skor 8-6. Atlet Jatim tersebut mengungguli Kaltim karena atlet Kaltim mendapat pelanggaran.
Dalam waktu yang tersisa 2 detik itu, Irfan sedang menindis Artz, namun ketika wasit meminta untuk melanjutkan kembali pertandingan, Irfan sontak berdiri dan langsung bertepuk tangan, sebagai simbol memberikan selamat kepada lawannya.
Setelah itu, Irfan nampak memberikan hormat kepada para dewan juri dan lawannya. Seusai melakukan hal itu, ia langsung keluar meninggalkan lapangan utama pertandingan.
Dengan hasil itu, Artz keluar sebagai juara dengan meraih medali emas, sedangkan lawannya Muhammad Irfan Fauzi harus puas dengan medali perak.
"Pertandingan tadi sangat menegangkan sekali. Ada beberapa tadi kan, bapak lihat sendirilah, apa namanya, gejolak sedikitlah. Tapi Insya Allah semua itu teratasi," kata Ofisial tim Kaltim Agung Prayoga di Deli Serdang, Rabu.
Menurutnya, hal itu merupakan sesuatu yang wajar terjadi dalam sebuah pertandingan, termasuk di ajang jujitsu. Ia pun mengaku menerima keputusan dari para dewan juri.
"Dalam sebuah pertandingan memang harus begitu, tapi karena itu sudah menjadi keputusan wasit kita harus mengikuti jalur yang ada. Tadi karena waktunya tinggal 2 detik, walaupun dipaksakan kelihatannya enggak mungkin untuk mengejar poin dari lawannya," ujar Agung.
Dia juga mengaku telah berusaha menstabilkan situasi yang ada. Tetapi dia menyadari bahwa semua itu kembali lagi ada pada dewan wasit, sehingga pihaknya tetap mengikuti jalur yang ada.
"Kami tidak akan melakukan protes lanjutan karena sebelumnya kita sudah punya satu kali kesempatan untuk protes, tapi kan ditolak, karena sudah habis. Sehingga kami memutuskan untuk menyudahi pertandingan tersebut," kata Agung.
Baca juga: Ketum PBJI bangga jujitsu masuk di perhelatan PON
Baca juga: Jujitsan Jatim tumbangkan atlet MMA Linda Darrow di final jujitsu PON
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2024