"Secara teknis, saya tidak tahu penyebabnya, tapi yang jelas itu karena hujan," kata Akhyar ketika ditemui di tengah-tengah pertandingan di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Kamis.
Diketahui, pada Kamis pagi sebelum pertandingan final nomor tunggal putra dimulai, beberapa petugas dan wasit tampak menemukan permukaan lapangan tiga yang mengelupas dan memunculkan lubang.
Akibatnya, pertandingan antara Muhammad Rifqi Fitriadi dari Jawa Timur dan Tegar Abdi Wibowo dari Kalimantan Selatan pun terlambat sekitar 15 menit untuk memperbaiki permukaan tersebut. Cara yang dilakukan panitia adalah dengan menutupi permukaan tersebut dengan lakban.
Akhyar menduga, permukaan lapangan mengelupas karena hujan deras dan angin kencang yang terjadi di Banda Aceh pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9), sehingga air menyerap ke dalam pori-pori lapangan dan menyeruak keluar ketika panas.
"Setelah itu kan panas, air itu pun menguap dan keluar dari permukaan, sehingga muncul lubang," katanya.
Untuk menutupi lubang tersebut, kata dia, pihaknya menutupinya sementara dengan lakban. Meski tidak lazim, ia menjamin keamanan lapangan untuk digunakan sebagai lokasi pertandingan dan menegaskan tidak akan memindahkan pertandingan.
"Kalau pindah lapangan persoalannya lain. Karena lapangan ini masih layak dipakai, kita pakai. Kecuali lapangan tidak layak dipakai, baru kita pindah," ucapnya.
Adapun penutupan lubang permukaan di lapangan dilakukan dua kali. Pertama, dilakukan sebelum pertandingan nomor tunggal putra dimulai.
Kedua, ketika berjalannya pertandingan set satu antara Rifqi dan Tegar. Wasit menghentikan permainan selama lima menit untuk membersihkan air yang keluar dari permukaan lapangan dan menutupinya dengan lakban. Kemudian, pertandingan dilanjutkan dan berjalan lancar hingga akhir.
Baca juga: Cuaca ekstrem, panitia pertimbangkan tenis PON XXI pindah lokasi
Baca juga: Mematangkan ikhtiar untuk menempa generasi muda tenis
Pewarta: Nadia Putri Rahmani
Editor: Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024