Ia merupakan salah satu pemain tim korfball Jakarta. Mereka baru saja menekuk Jawa Barat dengan kedudukan akhir 16-10 pada laga final, sehingga tim Jakarta berhak membawa pulang medali emas korfball nomor K8.
Adelia memiliki tubuh mungil. Rambutnya dikuncir ke belakang. Ia pakai nomor punggung dua. Kalau di sepak bola, nomor dua identik dengan pemain bertahan, namun dalam korfball, Adelia bisa bermain sebagai penyerang sekaligus bertahan.
Ia tampil begitu dominan. Lebih dari selusin skor yang dicetak Jakarta pada laga penentuan juara itu, bisa dibilang hampir separuh tercetak melalui tangannya.
Pemilik nama lengkap Adelia Rahma Zalianty ini menjadi salah satu pencetak sejarah baru di dunia korfball Indonesia. Ia dan seratusan pemain korfball dari berbagai provinsi tampil perdana di PON, setelah sekian dekade olahraga ini mati suri usai Belanda hengkang dari Tanah Air.
“Senang banget akhirnya korfball ada lagi di PON. Kami berharap ini bisa berkelanjutan sampai PON-PON selanjutnya,” kata Adelia.
PON Aceh-Sumut merupakan kali perdana korfball dilombakan kembali usai mati suri. Olahraga ini pernah dipertandingkan pada PON pertama hingga keempat, zaman penjajahan. Setelah Belanda hengkang dari Indonesia, korfball tak pernah dimainkan lagi karena olahraga orang Belanda.
Namun kini, korfball hidup lagi. Pengurus Pusat Persatuan Korfball Seluruh Indonesia (PP PKSI) memilih Aceh sebagai tempat bersejarah dalam memupuk lagi olahraga zaman Belanda ini untuk kembali membumi di tengah masyarakat Tanah Air sebagai olahraga prestasi.
Pada PON XXI, korfball melombakan tiga nomor pertandingan yaitu nomor K8 atau delapan lawan delapan, K4-2 atau empat lawan empat dengan dua tiang serta K4-1 atau empat lawan empat dengan satu tiang.
Ada 10 provinsi yang mengirimkan perwakilan pada korfball PON XXI, di antaranya Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DIY Yogyakarta, Aceh, Bali, Jakarta, Lampung, dan Sumatera Barat.
Baca juga: Menpora sambut baik korfball dipertandingkan di PON dan SEA Games
Selanjutnya: Sejarah
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024