Jakarta (ANTARA News) - Berkaitan dengan makin tingginya ketegangan massa di Poso, Sulawesi Tengah, dewasa ini, jajaran Muhammadiyah mengimbau kepada umat Muslim dan Kristiani, agar mereka secara bersama-sama dapat menahan diri. "Jangan mengambil langkah-langkah yang berlebihan, sehingga konflik makin luas," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof DR Din Syamsuddin, di Jakarta, Senin. Din mengemukukakan hal itu didampingi tokoh pemuda Poso, Najamudin Ramli, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sulawesi Tengah, Nurmawati Bantilan, dan Anggota DPD Sulawesi Selatan, Aryati Baramuli. Ia menilai, pasca-eksekusi hukuman mati terhadap terpidana vonis mati dalam kasus kerusuhan di Poso pada 2001, Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marianus Riwu, pada 22 September 2006 terlihat adanya ketegangan hubungan di antara umat Muslim dan Kristiani di wilayah itu. Bahkan, kedua belah pihak sudah terlihat melibatkan massa yang saling berhadap-hadapan untuk saling menyerang. Kalau saja aparat keamanan tidak bekerja cepat, menurut dia, keadaan tentu akan buruk sehingga dapat mengancam integritas dan keutuhan bangsa Indonesia. Dari laporan yang diterima pimpinan Muhammadiyah, kata Din, ketegangan massa umat Islam dan Kristiani, yang melibatkan ribuan orang dari kedua kubu tersebut, sudah berhadapan dalam jarak 100 meter. Umat Kristiani berada di Desa Kuwa, sedangkan Muslim di Desa Sayo, dan kedua wilayah itu dipisahkan sungai di Kabupaten Poso. "Aparat di situ sudah berjaga-jaga. Kalau terjadi bentrokan fisik, entah apa jadinya," ujar Din. Keadaan tersebut, menurut dia, juga diperparah dengan hilangnya dua pedagang ikan di Kabupaten Poso, Arhama dan Baharuddin, dari Sulawesi Selatan yang hendak pulang ke kampung halamannya di Masamba, Kabupaten Luwu. Selain itu, Din menilai, sebagian umat Muslim masih "terluka" akibat pernyataan Paus Benediktus XVI yang baru-baru ini di Bavaria, Jerman, antara lain mengutip pernyataan Raja Byzantium di masa lalu yang menilai Islam ditegakkan menggunakan pedang. Oleh karena itu, ia mengimbau, para tokoh agama baik Muslim maupun Kristiani, agar dapat mengendalikan umatnya. "Ini penting, jangan sampai luka lama menambah keadaan semain jauh dari harapan," katanya. Berkaitan dengan beredarnya pesan singkat per telepon seluler (Short Message System/SMS), ia mengatakan, tak benar ada penyerangan oleh umat Kristiani. Ia mengemukakan, memang dilaporkan ada penembakan di Masjid Al Fajar oleh orang tak dikenal, tetapi tak benar seperti yang disampaikan lewat SMS bahwa umat Kristiani melakukan penyerangan. Selain itu, Din menyatakan, dilaporkan pula bahwa ada mushala kecil di Tentena, dekat terminal, terbakar. Tetapi, pelakunya tidak jelas. "Saya mengimbau, agar umat Muslim dan Kristiani dapat menahan diri," katanya menegaskan kembali. Bagi umat Islam, menurut dia, dalam bulan suci Ramadhan hendaknya dapat menahan diri, sabar terhadap hasutan. Demikian juga kepada umat Kristiani, ia mengimbau, agar tak mengambil tindakan berlebihan yang bisa membuat konflik semakin meluas. Imbauan serupa juga disampaikan Forum Silaturahim Perjuangan Umat Islam Poso dan tokoh pemuda Poso. Aparat keamanan sekarang sudah ditambah dari Kalimantan Timur, dan TNI pun ikut membantu. Din berharap, keadaan yang sudah dapat dikendalikan tersebut dapat terpelihara terus. Selain itu, Din mengemukakan sudah menjumpai Kepala Kepolisian Negara RI (Kapolri), Jendral Pol. Sutanto, dan para tokoh agama lainnya di Jakarta. "Pertahankan keadaan yang sudah membaik sekarang ini. Jangan sampai jebol," demikian Din Syamsuddin. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006