Jakarta (ANTARA News) - Bank Tabungan Negara (BTN) akan turut serta dalam menyediakan fasilitas pembiayaan bagi masyarakat yang ingin membeli unit-unit Rumah Susun (Rusun) yang dalam waktu dekat ini akan dicanangkan pemerintah. "Apabila Rusun 20 lantai yang menjadi program pemerintah jadi direalisasikan berarti dibutuhkan dana Rp30-40 triliun untuk melayani masyarakat yang akan membeli," kata Direktur Utama Bank BTN, Kodradi, di Jakarta, usai meresmikan pelayanan syariah Kantor Cabang Bekasi. Namun, untuk mendapatkan dana sebesar itu dibutuhkan struktur permodalan yang kuat di antaranya melalui penerbitan saham (IPO) yang saat ini masih dalam proses dengan pemegang saham. Terkait hal itu, Bank BTN sendiri tengah dilaksanakan pembenahan organisasi (kuasi) serta menghitung kembali (revaluasi) aset. "Langkah pembenahan internal dilakukan dalam upaya mengetahui nilai buku (price to book value, PBV), sehingga saat IPO Bank BTN nantinya dapat menjual saham dengan harga fair (wajar)," ucapnya. Menurut Kodradi, apabila dari IPO mendapat Rp2 triliun sebenarnya cukup memadai untuk membiayai pemilikan Rusun dengan syarat Rasio Kecukupan Modal (CAR) minimum sebesar 12 persen. Kodradi mengungkapkan sesuai bisnisnya, maka Aset Terhitung Menurut Rasio (ATMR) Bank BTN hanya 40 persen yang berarti modal sebesar Rp2 triliun itu dapat kemampuan (leverage) bisa sampai 20 kali. Tidak seperti bank lain yang ATMR sebesar 100 persen atau satu berbanding satu, maka dengan modal Rp2 triliun hanya dapat ditingkatkan sampai tujuh kali saja. Bandingkan dengan BTN yang mampu sebesar 17,5 - 20 persen. Menurutnya, dengan modal Bank BTN sebesar Rp1,52 triliun saat ini maka setiap tambahan dana pihak ketiga sebesar Rp100 miliar berarti bisa memberikan tambahankredit sebesar Rp1,7 sampai Rp2triliun. Sedangkan bank lain hanya mampu memberikan tambahan kredit tujuh kalinya, tidak sepertihalnya Bank BTN yang leverage (kemampuannya) bisa mencapai lebih dari 17-20 kali. Contohnya dengan modal saat ini sebesar Rp1,52 triliun ternyata asetnya bisa mencapai Rp30 triliun, sedangkan bank lain tidak akan mungkin sebesar itu. Soal Go Public, Kodradi mengatakan, sebenarnya tidak ada masalah karena BTN sudah berpengalaman dalam menjual surat-surat berharga seperti surat utang berjangka panjang (obligasi). "Sudah 12 kali menawarkan surat berharga sepertinya untuk IPO tidak akan kesulitan," ucapnya. Menurutnya, kemampuan Bank BTN dalam menyalurkan kredit akan semakin bertambah dengan adanya perkuatan modal melalui Go Public maka untuk menyalurkan kredit sebesar Rp40 triliun tidak akan kesulitan untuk jangka waktu 3-4 tahun. Aset Bank BTN bisa dua kali lipat contohnya apabila tahun 1997 nilai aset masih Rp15,36 triliun, maka saat ini bisa Rp30,2 triliun, empat tahun lagi dengan adanya IPO maka kredit dapat ditingkatkan lagi menjadi lebih dari Rp60 triliun. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006