Singapura (ANTARA News) - Harga minyak naik di perdagangan Asia Senin, karena data menunjukkan aktivitas manufaktur Tiongkok yang kuat memicu harapan akan adanya kenaikan dalam permintaan di konsumen energi terbesar dunia itu.

Patokan minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 44 sen menjadi 103,15 dolar per barel , sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli naik 25 sen menjadi 109,66 dolar per barel pada pertengahan perdagangan pagi.

Pasar keuangan di Hong Kong, Tiongkok, Taiwan, dan Selandia Baru tutup pada Senin untuk hari libur umum .

Aktivitas manufaktur Tiongkok menguat ke tertinggi lima bulan pada Mei, kata pemerintah Minggu, suatu pertanda optimis di tengah melemahnya pertumbuhan di ekonomi terbesar ke dua dunia.

Indeks manager pembelian (PMI) resmi mencapai 50,8 pada bulan Mei, Biro Statistik Nasional mengatakan dalam sebuah pernyataan, naik dari 50,4 pada Maret.

Indeks melacak aktivitas manufaktur di pabrikan dan bengkel kerja Tiongkok dan merupakan indikator yang diawasi dengan ketat dari kesehatan perekonomian. Pembacaan di atas 50 mengindikasikan pertumbuhan.

Desmond Chua, analis pasar pada CMC Markets di Singapura, mengatakan data mempunyai "sentimen positif" pada harga minyak.

"Ini adalah pertama kalinya di mana suatu langkah rebound dengan pesanan-pesanan baru ... yang memiliki faktor penurunan dalam enam bulan terakhir ini," kata Chua kepada AFP.

Analis mengatakan investor juga akan mengamati dengan seksama suatu ketidakpastian data AS yang akan dirilis minggu ini sebagai petunjuk tentang kesehatan ekonomi terbesar dunia .

Institute for Supply Management akan merilis survei manufaktur AS
Senin petang, sementara data perdagangan April akan dirilis pada hari Rabu.

Data tenaga kerja AS, termasuk klaim pengangguran awal , data payrolls non-pertanian dan tingkat pengangguran terbaru akan dirilis Kamis dan Jumat.

"Kami percaya bahwa mungkin ada ruang untuk kejutan terbalik , jadi jangan terlalu terkejut jika kita mendapatkan 300.000 atau payrolls lebih tinggi untuk bulan Mei," kata United Overseas Bank (UOB).

Sementara UOB mengatakan bahwa data mungkin ndapat menumbuhkan kembali kekhawatiran bahwa Federal Reserve AS bisa sepenuhnya mengurangi program stimulus besar-besaran lebih awal dari batas waktu akhir tahun yang telah ditetapkan.

(S004)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2014