Jayapura (ANTARA News) - Dua suku terasing yang sangat primitif kehidupannya dilaporkan mengembara di pedalaman Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo, Provinsi Papua, di antara Kabupaten Waropen dan Kabupaten Sarmi. Tokoh masyarakat Distrik Waropen Atas, Kabupaten Waropen Mamberamo, Marthen Awaki, melaporkan kepada wartawan di Jayapura, Rabu, bahwa kedua suku itu sering disebut Sidaudate dan Aubea. Ciri-ciri fisik mereka, menurut Marthem, yang pria tingginya mencapai dua meter, badannya berbulu lebat dan tanpa menggenakan busana. Mereka mengonsumsi pucuk sagu muda, daun-daunan, meramu sagu menjadi makanan pokok, selain memakan pula daging mentah, bahkan memangsa sesama manusia (kanibal) dan minum air mentah. Ia pun mengemukakan, kedua suku terasing tersebut menggunakan sejumlah peralatan, antara lain kapak batu yang berfungsi untuk memotong makanan versi mereka, anak panah yang terbuat dari tulang burung kasuari dan tombak bermata pohong pinang. Pada siang hari, menurut Marthem, kaum lelaki suku terasing tersebut bermukim di dahan-dahan pohon sambil memantau manusia atau hewan yang melintasi untuk dibunuh sekaligus menjadi mangsanya, sementara itu di malam hari sebagian besar di antara mereka tetap di pohon, seta sebagian lainnya turun bersama istri dan anak-anak untuk tidur di bawah pohon-pohon besar. Mereka dilaporkan hidup berpindah-pindah dari pohon ke pohon lain. Bila ada orang dari luar suku mereka melintasi kawasan itu, mereka dari jarak sekira satu kilometer telah mengetahui melalui penciumannya, sehingga mereka berpindah-pindah bersembunyi di tempat yang tidak bisa dilewati orang luar. Marthen menjelaskan, sampai saat ini belum satu pun pihak luar, termasuk misionaris, yang membawa kebudayaan baru atauapun menyebarkan agama kepada mereka. Untuk menemui mereka, menurut dia, harus membersihkan diri yang dipandu para tetua-tetua adat setempat, dan bila tidak mengikuti upacara adat mereka, maka orang yang melintasi daerah suku terasing tersebut, apalagi ingin bertemu mereka, akan dapat menjadi mangsa. Kedua suku primitif itu, kata Marthem, mengembara di antara Distrik Waropen Atas dan Distrik Waropen Bawah di Kabupaten Waropen, yang berbatasan antara Kabupaten Sarmi, serta tidak tertutup kemungkinan mereka bisa mengembara sampai sebagian wilayah Kabupaten Nabire, Puncak Jaya dan Kabupaten Tolikara. Kawasan Mamberamo-Raya telah ditetapkan menjadi kabupaten pemekaran baru bersama 10 daerah lainnya di Indonesia yang dimekarkan, dan direncanakan pelantikan pemangku jabatan (caretaker) bupati oleh Mendagri di Jakarta pada 16 Oktober 2006. Marthen berharap dengan pemekaran pemerintahan Kabupaten Mamberamo-Raya itu, maka sedikit demi sedikit kedua suku itu bisa diarahkan bersosialisasi dengan masyarakat lainnya, walaupun prosesnya cukup lama dan memerlukan dana yang besar pula. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006