Warsawa (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov hari Kamis mengecam Washington atas ulah sepihaknya dalam sengketa kegiatan nuklir Iran dan mendesak negara besar meneruskan upaya diplomatik untuk menyelesaikan ketegangan dengan Teheran. "Kami yakin bahwa tindakan bersama harus diteruskan, tapi Amerika Serikat sudah mengambil keputusan sepihak, yang memengaruhi semua pihak dan membatasi kegiatan di Iran, bukan hanya bagi perusahaan Amerika, tapi semua perusahaan," kata Lavrov dalam lawatannya ke Polandia. "Keenam pihak itu sudah sepakat atas sejumlah hal dan kepala kebijakan luar negeri Eropa Bersatu Javier Solana sudah mengadakan pembicaraan dengan Iran, yang tidak memberi tanggapan memuaskan," katanya. Kelompok disebut P5-tambah-1 itu, yang terdiri atas lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa --Amerika Serikat, Cina, Inggris, Prancis, dan Rusia-- dan Jerman, dijadwalkan bertemu di London hari Jumat untuk mencoba mencapai kesepakatan atas kegiatan nuklir Iran, kata pengumuman kementerian luar negeri Rusia sebelumnya. "Kami akan meneruskan upaya diplomatik, kendati beberapa pihak menginginkan hukuman, seperti sekarang," tambah menteri luar negeri Rusia itu. Solana menyatakan pihaknya gagal mencapai kesepakatan dengan ketua jururunding nuklir Iran dalam pembicaraan tentang program nuklir Teheran ahir September, namun telah meletakkan dasar untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut. "Kami mencapai kemajuan," kata Solana kepada wartawan seusai pembicaraan dengan ketua jururunding nuklir Iran Ali Larijani. "Kami masih memiliki masalah belum terselesaikan," katanya tanpa memerinci lebih jauh. Solana mengatakan berharap dapat melakukan hubungan baru dengan pejabat Iran pertengahan pekan berikut. Pada Juni, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan Cina menawarkan kemasan perangsang ekonomi dan politik kepada Iran jika Teheran bersedia membatalkan pengayaan uranium, yang diyakini oleh Barat sebagai bagian dari pembuatan senjata nuklir. Tehran mengatakan pengayaan uraniumnya bertujuan semata-mata untuk menghasilkan listrik dan menolak menghentikannya. Masih belum jelas apakah sikap Iran berubah setelah pertemuan tersebut. "The Washington Times" melaporkan bahwa Iran hampir mencapai perjanjian, yang meliputi penundaan sementara selama 90 hari pengayaan uranium dan mengatasi hambatan perundingan tentang rincian kemasan tersebut. Iran menampik laporan itu, yang dianggapnya propaganda. Namun, pejabat Prancis menyatakan Larijani menawarkan mempertimbangkan penundaan sementara pada pertemuan dengan Solana dua pekan sebelumnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006