Sao Paulo (ANTARA News) - Sikap terpuji ditunjukkan oleh para pendukung tim tuan rumah Brasil ketika mereka sama-sama menaiki kereta api bawah tanah dengan pendukung Kroasia usai pertandingan pembuka Piala Dunia 2014 di Stadion Corinthians Sao Paulo, Brasil, Kamis (Jumat dinihari WIB).

Pertandingan yang disaksikan sekitar 61.000 penonton tersebut, 5.000 diantaranya pendukung Kroasia, berakhir dengan skor 3-1 untuk kemenangan tuan rumah Brasil.

Wartawan Antara yang berada dalam kereta bawah tanah atau Metro usai pertandingan, menyaksikan bahwa sama sekali tidak ada sikap permusuhan yang diperlihatkan oleh kedua pendukung, terutama tuan rumah Brasil.

Meski menjadi kelompok minoritas, pendukung Kroasia yang mengenakan kostum kotak-kotak warna merah dan putih, tidak terlihat canggung diantara pendukung Brasil yang umumnya berkaos kuning.

Melihat pendukung yang menggunakan kaos tim nasional Kroasia, beberapa kelompok pendukung Brazil pun mencoba menggoda dan dibalas dengan senyuman oleh pendukung Kroasia.

Sepanjang perjalanan dari stadion Corinthians menuju pusat kota, pemandangan yang terlihat adalah percakapan akrab antara diantara kedua pendukung.

Diantara segelintir pendukung Kroasia tersebut, terdapat sepasang suami istri asal Zagreb bersama anak laki-laki mereka berusia sembilan tahun.

Dalam percakapan, pria Kroasia yang mengaku bernama Dejan itu menyampaikan kekecewaannya atas sikap wasit yang dianggap lebih menguntungkan tuan rumah.

"Penalti tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi karena bukan benar-benar pelanggaran," kata Dejan kepada lawan bicaranya, Fabio, asal Sao Paulo yang menggunakan seragam Brazil.

Saat berbincang, seorang rekan Fabio yang tampaknya sedang mabuk, mencoba menggoda Dejan dengan berteriak keras-keras dalam bahasa Portugis.

"Tidak apa-apa, tenang saja, dia hanya bercanda," kata Fabio, mencoba menenangkan Dejan dan istrinya yang tampak kurang nyaman dengan gangguan tersebut.

Kepada Antara yang ikut nimbrung dalam percakapan tersebut, Fabio mengakui bahwa keakraban antara dua pendukung tersebut tidak akan pernah terjadi dalam kompetisi antar klub domestik.

"Yang akan terjadi, kedua pendukung klub akan saling serang dan berkelahi di atas kereta," kata Fabio yang mengaku berprofesi sebagai insinyur tersebut.

Mencairnya suasana antara kedua pendukung tampaknya pengaruhi oleh latar belakang sosial. Tingginya harga tiket membuat Piala Dunia 2014 Brazil hanya bisa dinikmati oleh mereka yang berada di kelompok kelas menengah keatas.

"Iya, saya kira memang benar juga demikian. Tingginya harga tiket membuat kelompok penonton pun terseleksi secara alami," katanya.

Lebih jauh Fabio mengatakan, dalam kompetisi lokal di Brazil, ada aturan bahwa bahwa pendukung tim tamu harus pulang lebih dulu, sementara pendukung tim tuan rumah bisa pulang dalam waktu dua jam kemudian.

"Itu sudah aturan, kalau kedua pendukung keluar stadion pada saat yang bersamaan, pasti akan kacau," katanya.

Fabio kemudian tampak tertarik ketika diinformasikan bahwa di kompetisi Liga Indonesia, terdapat banyak pemain asal Brasil dan bahkan ada diantaranya yang dipercaya menjadi pelatih nasional.

"Ya saya tahu Indonesia itu ada di Asia, saya kan suka pelajaran geografi," kata Fabio ketika ditanya Indonesia dimana.

Sesampai di stadion Se di pusat kota, sekelompok tuan rumah Brazil tampak masih belum bosan menggoda beberapa pendukung Kroasia dengan menyanyikan lagu kebangsaan Brasil keras-keras, persis saat rombongan dengan kaos kotak-kotak merah putih akan keluar stadion.

Pendukung Kroasia yang umumnya adalah anak muda berusia sekitar 20-an tahun itu pun membalas dengan membuat gerakan seperti seorang dirigen sebuah orkestra.

Di luar stasiun kereta, cuaca mulai terasa dingin dan jalanan di kota terbesar di Brasil itu tampak sepi meski jam masih menunjukkan pukul 21.00 malam waktu setempat.

Pewarta: Atman Ahdiat, dari Sao Paulo
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2014