Huanuni, Bolivia (ANTARA News) - Kelompok pekerja tambang yang bertikai dan berebut kekuasaan atas tambang timah terbesar di Amerika Selatan melemparkan dinamit dan terlibat baku-tembak untuk hari kedua, Jumat, sehingga menewaskan empat orang lagi dan menimbulkan tantangan serius bagi pemerintah sayap-kiri pimpinan Presiden Evo Morales. Tetapi jurubicara pemerintah Alex Contrera mengatakan gencatan senjata baru telah disepakati Jumat malam. Tak lama setelah gencatan senjata singkat malam hari guna memungkinkan kedua pihak untuk membawa mayat, bentrokan pun berkecamuk lagi Jumat di sekitar wilayah pertambangan terpencil, 4.000 meter di atas Laut Andes dan 300 kilometer di sebelah selatan La Paz. Huanuni menghasilkan lima persen timah dunia dan harga timah tersebut telah membubung di pasar dunia akibat kerusuhan. Konflik itu meletus Kamis, setelah sebanyak 4.000 pekerja tambang dari koperasi independen menuntut akses ke tambang timah raksasa. Kedua pihak saling melempar dinamit dan menembakkan senjata api di jalan gunung, kata beberapa saksi mata. Pekerja tambang independen dan pekerja dari Pertambangan Bolivia (COMIBOL), milik pemerintah, memiliki hubungan dengan Presiden Bolivia. Dan Roberto Chavez, pemimpin serikat pekerja Federasi Pekerja Tambang Bolivia, menyalahkan pemerintah Morales atas bentrokan itu. "Sekarang, biar mereka menyediakan peti mayat," kata Chavez. Ia menyeru Menteri Pertambangan Walter Villarroel, yang pernah menjadi pemimpin pekerja tambang independen, untuk mundur. Chavez mengatakan pekerja independen telah meledakkan sistem sirkulasi udara di tambang dan satu gereja di Huanuni, Kamis. Wakil Presiden Alvaro Garcia Linera menyesalkan bahwa "sesuatu yang mestinya menjadi berkah bagi negeri tersebut telah berubah menjadi kutukan", sementara harga timah di dunia naik. Morales, presiden pertama dari suku asli Bolivia, memangku jabatan dengan janji akan menyebarkan kekayaan dari hasil alam yang berlimpah di negeri itu, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006