Timika, 19/6 (Antara) - Tokoh agama Papua, Pastor John Jonga Pr meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi perhatian serius terhadap maraknya kasus pembantaian warga asl Papua di Timika akhir-akhir ini.

Berbicara kepada Antara di Timika, Kamis, Pastor John Jonga mengatakan dalam beberapa bulan terakhir ada begitu banyak warga asli Papua di Timika dibunuh dengan cara-cara yang tidak beradab.

Aksi saling membantai itu awalnya bermula dari masalah sengketa tanah hak ulayat di kawasan Kali Pindah-pindah Jalan Trans Timika-Paniai hingga menyulut konflik terbuka di kawasan Djayanti-Mayon, Kuala Kencana.

Meski konflik Djayanti sudah didamaikan, namun aksi saling bantai tetap terus saja terjadi mengakibatkan warga asli Papua hidup dalam ketakutan.

"Presiden SBY harus bicara dan memberi perhatian serius terhadap masalah ini. Saya mau tegaskan bahwa saat ini wibawa dan martabat pemerintah dan aparat keamanan yang bertugas di Timika sudah tidak ada. Masa hampir setiap hari terjadi pembunuhan. Kesan yang saya tangkap, negara sudah tidak mampu lagi melindungi masyarakat sipil di Timika," ujar Pastor John.

Pastor John yang dikenal sebagai pejuang HAM Papua itu menduga ada sebuah skenario tertentu yang sementara sedang terjadi terhadap kehidupan warga asli Papua di Timika sehingga mengakibatkan masyarakat sipil hidup dalam kondisi ketakutan.

"Yang terjadi di Timika sekarang ini, mulai dari sore orang sudah tidak bebas bepergian kemana-mana. Mereka takut karena bisa dibantai di tengah jalan. Bahkan tinggal di rumahnya sendiri mereka juga tetap terancam. Ini ada apa," tanya peraih penghargaan Yap Thiam Hien Award 2009 itu.

Pastor John menyeruhkan kepada para tokoh masyarakat asli Papua, pemerintah, lembaga adat dan kaum intelektual setempat agar menghentikan aksi saling bunuh dan bantai serta tidak terprovokasi oleh kepentingan-kepentingan yang tidak jelas.

"Orang Papua harus bangkit. Hentikan semua kekerasan di Timika," ajak Pastor John.

Agar kasus kekerasan yang terjadi di Timika bisa diredam, Pastor John Jonga meminta aparat penegak hukum di wilayah itu agar tidak canggung-canggung mengambil tindakan tegas terhadap orang-orang yang selama ini membunuh sesama saudaranya.

"Polisi tidak boleh canggung untuk menangkap dan memproses para pelaku kejahatan ini. Mereka harus diberi hukuman seberat-beratnya. Saya mendukung kebijakan Kapolda Papua untuk mengirim tim khusus ke Timika untuk menangkap semua pelaku kejahatan ini," tutur Pastor John.

Ia juga menyerukan agar Gereja-gereja di Timika bersatu dan bersuara terhadap kondisi yang terjadi tersebut, bukan memilih bungkam.

"Saya juga melihat lemahnya kontrol masyarakat adat dan pihak gereja. Padahal masyarakat dan umat mereka yang menjadi korban pembunuhan. Gereja-gereja harus bersuara karena betapa banyak korban menjadi korban sia-sia dari kondisi yang tidak jelas ini. Ini sangat menyedihkan," tutur Pastor John Jonga.

Sejak konflik Djayanti meletus pada 29 Januari 2014, hingga kini tercatat sudah lebih dari 20-an warga meninggal. Sebagian besar korban tewas tersebut bukan di area konflik Djayanti, tetapi dibantai di berbagai lokasi di Timika.  (E015)

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2014