Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog), Wijanarko Puspoyo, mengungkapkan bahwa saat ini terjadi ketimpangan yang besar antara subsidi energi dengan subsidi pangan. Di sela-sela Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI DPR dengan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan sejumlah Direktur Utama BUMN, di Jakarta, Senin, dia menyatakan, saat ini subsidi pangan hanya senilai Rp13,5 triliun, sedangkan subsidi energi hampir senilai Rp90 triliun. "Sekarang ini sedang terjadi ketimpangan subsidi energi dan subsidi pangan yang sangat besar. Padahal, subsidi energi itu sasarannya bukan sepenuhnya untuk rakyat miskin," katanya. Menurut Wijanarko, subsidi energi, seperti untuk minyak tanah konsumennya bukan hanya rakyat kecil, tetapi juga restoran, rumah tangga dan sebagainya, sedangkan subsidi pangan sasarannya jelas untuk orang-orang miskin. Menanggapi anggaran subsidi beras untuk orang miskin (raskin) untuk 2007, dia menyatakan, Bulog mengajukan dana senilai Rp6,76 triliun, terdiri atas subsidi raskin Rp6,46 triliun, dan biaya perawatan Rp300 miliar, sedangkan jumlah penerima bantuan sebanyak 15,8 juta Rumah Tangga Miskin (RTM). Dalam RDP antara KaBulog dengan Komisi IV DPR pada 5 September 2005 disepakati bahwa subsidi raskin untuk tahun 2006 bagi 10,83 juta Kepala Keluarga (KK) senilai Rp5,57 triliun, terdiri atas subsidi raskin Rp5,27 triliun dan anggaran perawatan Rp300 miliar. Mengenai pengadaan beras untuk kebutuhan lebaran 2006, Wijanarko menjamin persediaannya dalam negeri hingga saat ini dalam jumlah yang mencukupi dan telah didistribusikan ke seluruh wilayah. "Mudah-mudahan menjelang lebaran ini tidak terjadi lonjakan harga beras," katanya. Namun demikian, ia mengemukakan, pihaknya siap melakukan operasi pasar, jika nantinya terjadi lonjakan harga beras yang tinggi menjelang hari raya, dan kalau ada permintaan dari daerah. Permintaan operasi pasar secara resmi sampai sekarang belum ada, tapi dimungkinkan minggu depan hal itu bisa terjadi, karena sekarang ada kecenderungan kenaikan harga, meskipun dalam batas toleransi, demikian Wijanarko Puspoyo. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006