Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Rabu pagi, menguat tipis lima poin menjadi Rp9.220/9.223 per dolar AS dibandingkan dengan posisi penutupan hari sebelumnya pada Rp9.225/9.228 per dolar AS. "Menguatnya rupiah terhadap dolar AS didukung oleh membaik bursa regional akibat kekhawatiran investor mengenai rencana Korea Utara yang akan melakukan uji coba nuklir berikutnya, " kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu. Menurut dia, rencana Korea Utara itu mengakibatkan kawasan Asia menjadi panas, sehingga investor asing segera memburu saham prospektif di bursa regional. Namun demikian, dolar AS di pasar regional membaik terhadap yen akibat tenangnya harga minyak dunia dan bank sentral AS yang diperkirakan tidak akan menurunkan suku bunganya. Sebelumnya Bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan menurunkan tingkat suku bunganya yang saat ini berkisar 5,25 persen, namun rencana itu masih belum pasti, tuturnya. Dolar AS terhadap yen menjadi 119,70, euro jadi 1,2535 dari sebelumnya1,2518, dan euro terhadap yen 150,05. Menurut Kostaman, pelaku lokal melakukan spekulasi membeli rupiah, namun aksi beli tersebut relatif kecil, sehingga kenaikan mata uang lokal itu tidak begitu besar. Meski demikian, ini menunjukkan bahwa masih ada peluang untuk rupiah menguat, meski kenaikannya didukung oleh faktor eksternal, katanya. Tipisnya kenaikan rupiah, katanya lebih lanjut, hal ini juga terlihat dari tingkat harga jual maupun beli yang cenderung berada dalam kisaran yang ketat masing-masing Rp9.220 per dolar AS. Karena itu, kenaikan rupiah relatif kecil akibat aksi beli pelaku lokal belum besar, mereka masih menunggu perkembangan lebih lanjut terhadap rencana Korea Utara mengenai uji coba nuklir itu. "Kami harapkan situasi ini tidak berlangsung lama, karena akan menghambat pertumbuhan ekonomi Asia yang saat ini dinilai cukup baik, terutama di negara 'Tirai Bambu" China dan Thailand," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006