Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri (Menlu), Hassan Wirajuda, menegaskan bahwa Departemen Luar Negeri akan berusaha memberikan bantuan kepada istri Dulmatin, yang dituduh melakukan pelanggaran keimigrasian oleh pihak keamanan di Filipina. "Kita akan berusaha menyediakan penerjemah pada proses interograsi," kata Menlu kepada pers setelah menghadiri acara pembukaan Pameran Produk Ekspor (PPE) di Kemayoran, Jakarta, Rabu. Hassan menyebutkan, Deplu akan berusaha menyediakan pengacara bagi istri Dulmatin dan berbagai fasilitas untuk melaksanakan kegiatan agama, seperti diberi kemudahan melakukan shalat. Dulmatin disebut-sebut sebagai salah seorang gembong teroris dari Indonesia yang melatih para pemberontak di Filipina Selatan, namun Menlu menegaskan, pemeriksaan terhadap istri Dulmatin, yang dilakukan aparat keamanan dan menjelang proses peradilan suaminya hanyalah menyangkut tuduhan melanggar peraturan keimigrasian di Filipina. Pihak militer Filipina pada Jumat (6/10) mengonfirmasikan bahwa pihaknya telah menangkap isteri Dulmatin, seorang anggota senior Jemaah Islamiyah (JI) dan salah seorang yang dituduh terlibat dalam ledakan bom di Bali. Istiada H. Oemar Sovie, Warga Negara Indonesia (WNI), ditangkap dalam satu serangan di Pulau Jolo, Filipina Selatan, pada 3 Oktober 2006, kata Juru Bicara Militer Filipina, Letkol Bartolome Bacarro. Wanita itu juga dikenal sebagai Amenah Toha, dan mengaku menjadi istri Dulmatin, kata Bacarro dalam pernyataan itu. Berdasarkan pemeriksaan, nmenurut Bacarrto, "Wanita itu membenarkan bahwa Dulmatin masih di Jolo, dan kami sedang mengejar dia di sana." Bacarro juga menegaskan, wanita itu ditahan atas tuduhan pelanggaran undang-undang keimigrasian, karena masuk Filipna secara tidak sah, dan tidak jelas apa perannya dalam aktivitas-aktivitas Dulmatin. Dua putra dari wanita itu, yang berusia delapan dan enam tahun, juga ditahan dan militer mengizinkan dia untuk tetap bersamanya kendatipun dia ditahan, demikian pernyataan militer Filipina. Dulmatin dan seorang temannya, Patek, dihargai senilai hadiah 11 juta dolar Amerika Serikat (AS) oleh Pemerintah AS bagi siapa yang dapat menangkap mereka hidup atau mati. Mereka dikabarkan telah bersembunyi di dalam hutan Pulau Jolo, dan dilindungi kelompok gerilyawan Abu Sayyaf yang oleh pihak keamanan Filipina maupun pihak AS dituduh punya hubungan dengan jaringan Al Qaeda. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006