Jakarta (ANTARA News) - Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum menyatakan penyakit Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) sebagai kondisi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (PHEIC) setelah melakukan pertemuan telekonferensi keenam yang dilakukan sejak virus tersebut ditemukan di Arab Saudi pada 2012.

"Setelah berdiskusi lebih dari empat jam maka seluruh anggota Emergency Committe WHO sepakat bahwa situasi MERS-CoV memang masih amat serius, tapi diketahui juga bahwa jumlah kasus mulai menurun serta tidak ada bukti penularan antar manusia berkelanjutan. Emergency Committe menyimpulkan bahwa belum terjadi situasi Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, Rabu.

Tjandra merupakan anggota dari "WHO International Health Regulations (IHR) Emergency Committee on MERS-CoV" yang mengikuti telekonferensi tersebut pada 16 Juni 2014, sejak jam 12:15 sampai 16:19 waktu Jenewa dari kantornya di Jakarta.

Mengutip hasil pertemuan tersebut, Tjandra menyebut ada tujuh negara yang memiliki kasus MERS dan menyampaikan laporannya yaitu Algeria, Iran, Yordania, Belanda, Arab Saudi, Uni Emirate Arab (UAE) dan Amerika Serikat.

Pihak sekretariat WHO juga melaporkan perkembangan terakhir MERS CoV dari sudut epidmiologi, saintifik, deskripsi rinci kasus yang dilaporkan ke WHO, pola penyebaran dan temuan penting tim WHO yang dikirim ke Uni Emirat Arab yang belakangan cukup banyak melaporkan kasus.

Meski tidak menyatakan sebagai darurat kesehatan, Emergency Committee WHO meminta antisipasi ketat sehubungan dengan peningkatan jamaah umroh pada bulan Ramadhan dan musim haji yang tidak terlalu lama lagi.

"Komite juga melihat makin kuatnya bukti ilmiah untuk menunjang hipotesa bahwa Unta mungkin adalah sumber penular penting di komunitas," kata Tjandra.

Beberapa rekomendasi yang dihasilkan dari pertemuan itu adalah negara diminta untuk memperkuat pengendalian infeksi di rumah sakit karena cukup banyak kasus MERS-CoV terjadi karena penularan di RS.

WHO juga mengimbau peningkatan termasuk "case-control", serologi, lingkungan dan penelitian pada binatang serta agar negara-negara anggota WHO dapat membantu peningkatan kapasitas kesehatan di negara-negara rentan khususnya di Afrika.

Pemerintah juga diharap untuk dapat melakukan penyuluhan kesehatan pada jamaah umroh dan haji serta petugas kesehatan yang menyertainya yang topiknya meliputi gejala, kebersihan lingkungan dan kebersihan diri, resiko bagi yang berpenyakit kronik dan topik terkait lainnya.

"Pemerintah juga diharapkan untuk terus melakukan penyuluhan pada masyarakat luas dan penentu kebijakan publik, termasuk kerjasama erat antara pihak kesehatan dan kesehatan hewan," ujar Tjandra.

Pewarta: Arie Novarina
Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2014