Jakarta (ANTARA News) - Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai bank yang fokus di bidang pembiayaan perumahan menyatakan kesanggupannya membiayai pemilikan rumah susun (Rusun) sampai 20 "tower". "Saya sudah bilang kepada Pak Menteri (Menpera) dengan alokasi kredit sebesar Rp1 triliun akan sanggup membiayai sampai 20 tower," kata Direktur Utama Bank BTN, Kodradi, di Jakarta, Kamis. Hitung-hitungannya, jika untuk satu tower diperlukan investasi Rp70 miliar, maka diperkirakan unit-unit yang dapat dibiayai sekitar Rp50 miliar untuk satu tower. Maka dengan alokasi Rp1 triliun terdapat 20 tower yang dapat dibiayai. Terkait hal itu, Bank BTN tengah mengkaji beberapa kemungkinan untuk memperkuat permodalan, di antaranya dengan melepas saham melalui mekanisme penawaran saham perdana (IPO) di bursa serta usulan untuk mendapatkannya dari dividen. Menurut dia, apabila melalui pola IPO ternyata sulit direalisasikan, maka alternatif memanfaatkan dividen. Apabila seluruhnya tidak disetor dalam waktu empat tahun akan sanggup menambah Rp2 triliun. Mengenai IPO, Kodradi mengatakan sebenarnya mekanismenya hampir sama dengan penjualan surat utang (obligasi), di mana Bank BTN sudah memiliki pengalaman 12 kali menerbitkan obligasi. "Sama-sama surat berharga, hanya beda tujuan. IPO untuk memperkuat permodalan, sedangkan obligasi ditujukan untuk memperbesar kapasitas kredit," ucapnya. Keputusan terakhir bisa IPO atau tidak sangat bergantung kepada pemerintah selaku pemegang saham terbesar serta pertimbangan dari DPR, katanya. Baru setelah disetujui dilanjutkan dengan penunjukkan penasihat keuangan, terutama untuk mengetahui nilai buku perusahaan (price to book value) serta berapa harga jual yang wajar. Meski demikian, dari segi korporasi sebenarnya sudah memenuhi syarat, karena BTN sudah melalui berbagai tahap, mulai dari transformasi hingga profitisasi ukurannya dapat dilihat dari perolehan laba dalam lima tahun terakhir. Sesuai target, BTN dapat membiayai sampai Rp40 triliun dalam waktu empat tahun ke depan. Namun dengan aset saat ini sebesar Rp31 triliun dalam kurun waktu tersebut bisa Rp60 triliun lebih, apalagi jika dipergunakan untuk membiayai Rusun. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006