Kuta (ANTARA News) - Belum genap 24 jam sesuai yang direncanakan, lembaran kain putih sepanjang 12 Km yang dibentangkan melintasi sejumlah jalan raya menghubungkan tiga titik yang pernah dikoyak ledakan bom di Pulau Dewata, Kamis siang sudah banyak yang tampak terkelupas. Wartawan ANTARA News dari Kuta melaporkan, bila pagi hari sebelumnya lembaran kain yang memanjang itu tampak terhampar dengan beberapa alat perekat di permukaan aspal jalan, beberapa jam kemudian sudah tampak terlepas dari "ikatannya". "Maklum yang `mengingkat` adalah plester lakban, jadi begitu kena panas matahari, kemudian ditambah lagi dengan gesekan roda kendaraan dan para pejalan kaki, praktis menjadikan lembaran kain tak lagi mampu menempel di badan jalan," ujar seorang polisi yang berjaga-jaga di Kuta. Senada dengan petugas Polri, IB Anom Putra, koordinator Komunitas Jurnalis Bali (KJB) selaku panitia, mengakui kalau alat perekat yang dipakai menempelkan lembaran kain di atas permukaan aspal itu kurang kuat, sehingga mudah terkelupas. Begitu mengetahui ada beberapa bagian lembaran kain yang membentang tidak lagi `tertidur` di badan jalan, pihak panitia dan petugas kepolisian tampak mulai menggulung benda pipih yang memanjang itu. Menurut petugas, tindakan tersebut dilakukan untuk tujuan pengamanan, yakni tidak mengganggu arus lalulintas baik kendaraan maupun orang. Sebab, kata polisi, salah-salah, lembaran kain tersebut dapat melilit roda kendaraan roda dua bila tidak secepatnya diamankan. Sehubungan dengan mulai digulungnya lembaran kain di beberapa tempat, terutama di daerah padat arus lalulintas di kawasan Kuta, panitia tampaknya gagal mempertahankan untaian kain selama 24 jam seperti yang direncanakan semula. Anom mengatakan, semula memang direncanakan harus terbentang selama 24 jam, namun untuk kepentingan keamanan segalanya kemudian menyesuaikan di lapangan. Tiga titik bekas ledakan bom yang sempat dihubungkan dengan untaian kain putih selebar 90 cm memanjang 12 Km pada dinihari hingga pagi hari itu, yakni mulai dari Ground Zero di Legian Kuta, Raja`s Cafe Kuta, serta Kafe Nyoman dan Menega di Jimbaran, Kabupaten Badung. Dengan terpasangnya bentangan kain sepanjang itu, tiga titik yang pernah "dihujani" darah dan air mata, terkesan bagai berada dalam satu jaringan atau untaian peristiwa, meski kejadian pada titik-titik tersebut muncul dalam tanggal dan tahun berbeda.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006