Jakarta (ANTARA News) - Menperin Fahmi Idris kecewa kepada Pertamina yang nampaknya "ngotot" impor tabung gas ukuran tiga kilogram untuk program konversi penggunaan kompor minyak tanah ke gas tahun ini. "Saya terus terang rada kecewa. Saya tidak menuduh ada korupsi, tapi saya khawatir," katanya di Jakarta, Jumat, menanggapi rencana Pertamina mengimpor sebagian tabung gas dari Cina yang dikhawatirkan menimbullkan bermacam ekses negatif. Fahmi mengatakan pihaknya telah minta kepada Pertamina untuk memperpanjang waktu penyerahan tabung gas tersebut, karena industri tabung gas dan perbengkelan yang ada di dalam negeri mampu membuat tabung gas tersebut. "Dirjen saya, Pak Anshari (Dirjen ILMTA Deperin) minta dikasih waktu sampai Maret 2007, karena sisanya kecil, tapi Pertamina tidak mau. Sisanya tetap harus diimpor. Apakah kalau waktu penyerahan diperpanjang dari Desember 2006 menjadi Maret 2007 akan ada bencana nasional, tidak kan," katanya. Menurut dia, ketidakmampuan produsen tabung gas memenuhi pesanan 800 ribu unit tabung gas ukuran tiga kilogram itu juga terkait dengan terus mundurnya tender tabung gas oleh Pertamina. "Dulu waktu belum dimulai tender, saya buat surat untuk mereka (Pertamina) tapi tidak direspon. Begitu saya ngomong di media, baru mereka katakan ya kita akan tender. Jadi keterlambatan datang dari Pertamina. Kenapa tidak dilakukan (tender) sejak awal, kenapa baru sekarang, sehingga terjadi keterlambatan pasokan, yang menjadi alasan untuk impor," ujar Fahmi. Ia menyayangkan sikap banyak pejabat di Indonesia yang belum pro bisnis di dalam negeri, sehingga produksi industri di dalam negeri terus tertekan akibat banyak pejabat yang pro barang impor dalam pengadaan barang. Diakuinya harga tabung gas dari Cina lebih murah sekitar Rp69 ribu per unit, sedangkan produsen dalam negeri menawarkan harga Rp90ribu. Namun menurutnya, ada ketentuan yang mentolerir harga untuk produk dalam negeri sampai 15 persen. "Memang kalau mau impor dari sana (Cina) bagus (murah). Kecuali Pak Ari (Dirut Pertamina Ari Soemarno) mau mengembangkan industri di Cina, tapi kalau saya mau mengembangkan industri di Indonesia bukan di Cina," ujar Fahmi. Ia menegaskan industri tabung gas di dalam negeri mampu membuat tabung gas, bahkan sampai ukuran 27 kilogram, sehingga tidak masalah membuat tabung ukuran tiga kilogram, bahkan ada perbengkelan yang sanggup membuatnya. "Apalagi mereka (industri tabung gas domestik) sudah investasi membeli molding (cetakan) untuk tabung ukuran tiga kilogram, kan sayang. Selain itu rata-rata mereka industri menengah ke bawah. Saya khawatir betul kalau impor, mereka akan terpukul," kata Fahmi. Dalam program konversi penggunaan minyak tanah ke gas, pemerintah menugaskan Pertamina sebagai koordinator untuk pengadaan tabung gas yang tahun ini kebutuhannya sebesar 800 ribu unit, dan industri tabung gas domestik sanggup memenuhi sekitar 650 ribu unit karena keterbatasan waktu pasokan yang hanya tiga bulan. Sedangkan untuk tahun 2007 diperkirakan kebutuhan tabung gas ukuran 3 kilogram mencapai sekitar 12 juta unit. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006