Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) akan memanfaatkan kredit negara (state credit) dari Rusia untuk membeli enam pesawat Sukhoi, dalam rangka memenuhi kebutuhan satu skuadron pesawat tempur yang dibeli sejak 2003. "Kita akan prioritaskan untuk membeli enam pesawat Sukhoi," kata Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Herman Prayitno kepada ANTARA, usai berbuka puasa bersama dengan jajaran Komando Operasi Angkatan Udara (Koops AU) I di Jakarta, Jumat malam. Awal Oktober silam, pemerintah RI menyepakati untuk menerima kredit negara dari Rusia sebesar 1 miliar dolar AS yang akan diberikan secara bertahap. Pencairan dan alokasi kredit itu bagi ketiga angkatan, termasuk TNI AU masih menunggu pembahasan di Mabes TNI dan Departemen Pertahanan (Dephan) untuk kemudian dikonsultasikan ke parlemen. Enam pesawat Sukhoi yang akan dibeli itu, tambah Kasau, sudah dilengkapi dengan persenjataan yang dibutuhkan. Sedangkan persenjataan empat pesawat Sukhoi yang telah dibeli terlebih dulu, ia mengatakan, pihaknya terus mempersenjatai empat pesawat Sukhoi sebagai salah satu alat utama sistem senjata yang telah melengkapi TNI sejak dua tahun lalu. Sukhoi yang dioperasikan TNI AU sejak dua tahun lalu merupakan Sukhoi generasi terbaru, bahkan angkatan udara Rusia pun belum mengoperasikan jenis ini. Pesawat tempur yang dijuluki Flanker ini adalah jenis Sukhoi Su-27 SK Upgrade dengan sepasang mesin masing-masing berdaya dorong 12.550 kg jenis Lyulka AL-31F. Kelebihan pesawat tempur jenis ini juga terlihat dari kelengkapan IRST/Infra Red Search and Track berupa bola kaca di depan kokpit, yang mampu mengendus sasaran sejauh 70 km, sebuah kelengkapan yang tidak dipunyai pesawat keluaran Barat hingga kini. Menengok persenjataan yang mampu diusung, juga tak kalah hebat semisal rudal udara AA-12 Adder yang mampu menjelajah sejauh 50 km (melebihi AMRAAM yang hanya 40 km) ataupun rudal udara jenis R-73 yang mampu menembak sasaran ke arah samping hingga sudut 70 derajat. Seluruh persenjataan itu merupakan senjata udara paling mematikan saat ini, lebih andal dari rudal keluaran Israel jenis Python ataupun AIM-9L/M Sidewinder yang biasa dipakai negara Barat. "Kita akan terus persenjatai sesuai kebutuhan kita dan anggaran tentunya, jadi memang belum seluruhnya dapat dilengkapi tapi terus kita lakukan secara bertahap," ujar Kasau menegaskan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006