Jakarta (ANTARA News) - Islam politik pada tingkat elektoral dan politik kepartaian menjelang Pemilu 2009 belum menunjukkan tanda-tanda adanya peningkatan jumlah suara yang signifikan. Partai-partai Islam seperti PKS, PBB dan PPP, kata peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Syaiful Mujani, saat menyampaikan kesimpulan hasil pengukuran opini publik tentang prospek Islam politik di Jakarta, Minggu, masih belum menunjukkan peningkatan berarti. "Mereka jauh tertinggal oleh partai-partai sekuler (Golkar, PDIP, Demokrat) seperti juga terlihat dalam pemilu 2004. Dalam Pemilu 2004, kekuatan ketiga partai berplatform Islam ini hanya sekitar 18 persen," katanya. Sedangkan dalam survei yang dilakukan pada 23 September-3 Oktober 2006 dengan metode multistage random sampling terhadap 1.092 responden Muslim di seluruh provinsi itu, kekuatan partai-partai politik Islam itu tidak lebih dari 10 persen. "Sementara tiga partai sekuler (Golkar, PDIP, Demokrat), minus yang belum memutuskan, relatif stabil, yakni sekitar 43 persen," katanya. Lebih lanjut Syaiful Mujani mengatakan bahwa hanya dengan agenda-agenda politik yang moderat, ketiga partai Islam itu bisa masuk kedalam median voter (tempat dimana kebanyakan pemilih mengelompok) dan mendapatkan suara berarti di masa mendatang. Di tempat yang sama, pengamat politik Islam, Bachtiar Effendi, mengatakan bahwa temuan LSI itu bukanlah suatu hal yang baru, karena sejak tahun 1950-an pun peneliti-peneliti politik telah memprediksi demikian. "Tidak akan pernah perolehan suara partai-partai Islam mencapai lebih dari 42.5 persen seperti yang pernah diraih dalam Pemilu tahun 1955 dulu," katanya, seraya menambahkan hal itu dikarenakan partai-partai tersebut hanya bermain di isu diri sendiri, seperti syariat Islam, pemimpin Islam dan lainnya. Dia juga mengatakan bahwa partai-partai Islam sulit mengalahkan kekuatan-kekuatan non politik yang secara politik sangat berpengaruh, seperti kekuatan modal dan media. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006