Palu (ANTARA News) - Kapolri Jenderal Pol Sutanto diminta bertanggungjawab atas buruknya manajemen keamanan di Sulawesi Tengah (Sulteng) menyusul aksi penembakan misterius yang menewaskan Pendeta Irianto Kongkoli di Palu, Senin (16/10). "Penembakan pendeta di Palu bentuk buruknya manajemen keamanan, Kapolri mesti bertanggung jawab," kata Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI, Yakobus Mayong Padang, di Palu, Selasa. Menurut Yakobus, pemerintah mesti melakukan evaluasi secara menyeluruh keamanan di Sulteng karena sudah tidak efektif, peristiwa penembakan dengan korban pemuka agama berulangkali terjadi. Lebih lanjut Yakobus mengatakan pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yodoyono menempatkan keamanan sebagai perioritas program, menyusul keadilan dan kesejahteraan. "Tapi kenyataannya sampai hari ini kita masih menyaksikan berbagai kasus kekerasan sensitif, seorang petinggi gereje tewas tertembak di tengah jalan pusat kota Palu," katanya. Pendeta Kongkoli, Senin pagi sekitar pukul 08:15 Wita ditembak oleh dua orang tak di kenal saat berada di toko bangunan "Sinar Sakti" di Jalan Monginsidi, Palu Selatan. Akibat pendarahan, Pendeta Kongkoli meninggal dunia sesaat setelah dievakuasi ke RSU Woodward Bala Keselamatan Palu, sekitar 500 meter dari lokasi kejadian. Aksi penembakan misterius tersebut merupakan kedua kalinya terjadi di kawasan pertokoan Jalan Monginsidi Palu. Penembakan pertama terjadi 10 Februari 2006 dengan korban tewas William (61), penjual emas. Kongkoli juga merupakan pemuka agama nasrani kedua yang tewas akibat aksi penembak misterius di Palu, setelah pendeta Susianti Lusiana Tinulele ditembak saat memimpin ibadah di Gereja Effatha di Jln Banteng Palu pada 18 Juli 2004. Aksi penembakan misterius menggunakan senjata genggam yang mengakibatkan Pendeta Kongkoli terbunuh terjadi di saat Polda Sulteng menggelar operasi kontigensi serta status Kota Palu dan Poso dalam Siaga I.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006