Beijing (ANTARA News) - Bom-bom tandan yang dijatuhkan oleh Israel di Lebanon selatan dalam perang sebulannya melawan pejuang Hizbullah masih menewaskan atau mencederai tiga sampai empat warga sipil sehari, sepertiga diantara mereka adalah anak-anak, kata para aktivis ranjau darat, Rabu. Kelompok-kelompok yang membantu Lebanon membersihkaan ranjau-ranjau yang tidak meledak dari zona perang telah mengidentifikasi 770 lokasi yang dihantam bom-bom tandan selama konflik yang berakhir dalam gencatan senjata 14 Agustus 2006, kata sebuah laporan baru Aksi Ranjau Darat yang berpusat di London. Kendatipun lebih dari 45.000 bom tandam yang tidak meledak telah dijinakkan dan dihancurkan, ratusan ribu lagi masih bertebaran di pedesaan dan akan membutuhkan waktu setahun atau dua tahun lagi agar situasi di daerah itu bisa dikontrol, kata laporan itu. Para ahli memperkirakan 40 persen dari bom tandan yang dijatuhkan oleh Israel di Lebanon tidak meledak. Duapuluh orang tewas dan 115 orang cedera dilaporkan di Lebanon selatan akibat amunisi bom tandan sejak gencatan senjata itu, kata data Aksi Ranjau Darat dan PBB sampai 8 Oktober. Para aktivis pengontrol senjata menyatakan bahwa hukum internasional melarang penggunaan senjata-senjata seamcam itu di daerah-daerah sipil. Israel membantah menggunakan senjata-senjata itu secara tidak sah dan menuduh pejuang Hizbullah menembakkan roket-roket ke wilayah Israel dari kota-kota dan desa-desa, menggunakan penduduk mereka sebagai tameng manusia. Thomas Nash, koordinator Koalisi Munisi Bom Tandan, mengatakan bom-bom yang tidak meledek itu menyebabkan anaka-anak takut ke sekolah, mendorong para petani tidak dapat memetik panen atau menanam tanaman mereka, menghambat pasokan air dan melambatkan pembangunan kembali negara yang porak poranda akibat perang itu, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006