Jakarta (ANTARA News) - Ratusan pendukung pasangan capres Prabowo-Hatta membubarkan diri pukul 16.00 WIB saat hujan mulai turun di depan gedung Mahkamah Konstitusi (MK) di Jalan Medan Merdeka Barat, Senin.

"Mari akhiri pengawalan demokrasi di depan MK hari ini. Artinya esok kita masih akan duduki MK untuk kawal demokrasi. Besok kawan-kawan diharapkan hadir jam 8.00 WIB sudah di sini. Ini adalah proses demokrasi, perjalanan masih panjang kita tetap kawal. Kita bawa Garuda Merah terbang tinggi," kata Alim Geber, salah seorang relawan pendukung dalam orasinya.

Usai orasi, satu persatu pendukung meninggalkan lokasi yang dijaga ketat polisi itu, meninggalkan berbagai sampah yang langsung diincar para pemulung.

Berbagai elemen dan ormas masyarakat pendukung Prabowo-Hatta memberikan dukungan pada pasangan pilihannya dengan berorasi di depan gedung MK.

Dengan menggunakan berbagai atribut ormasnya, masing-masing perwakilan memberikan orasi yang isinya menyuarakan ketidakpuasan atas penyelenggaraan pemilu yang lalu.

Beberapa dari ormas tersebut antara lain adalah Laskar Merah Putih, Gardu Prabowo, Gerakan Indonesia Baru (GRIB), dan Aliansi Penyelamat Pemilu.

Beberapa ormas bahkan mengancam akan melakukan revolusi menggulingkan MK dan menggantinya menjadi Mahkamah Rakyat jika nantinya putusan MK tidak memuaskan mereka.

"Kalau hasilnya baik untuk konstitusi, kita akan aman. Tapi kalau tidak, kita akan revolusi. Kita akan ubah MK jadi Mahkamah Rakyat. Kita akan turun ke jalan," kata  seorang orator bernama Hasibuan.

Pendukung perorangan pun datang dari berbagai pelosok Indonesia seperti Yaman Purba dari Simalungun.

"Saya sudah dua hari ini menginap di Jakarta di rumah saudara khusus untuk memberi dukungan pada Pak Prabowo. Pak Prabowo itu cocok jadi presiden karena tegas," kata Purba yang mengaku sebagai sukarelawan di kabupatennya.

Dia mengatakan Prabowo-Hatta tak menang di kabupatennya.

"Kita dicurangi, saksi tidak diberi keleluasaan oleh KPPS. Seperti dihalang-halangi begitu," katanya.

Namun, Purba enggan menjelaskan lebih lanjut upaya penghalangan yang dilakukan KPPS di daerahnya tersebut.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2014